Ramallah, WIlayah Palestina (ANTARA News/AFP) - Pemimpin Palestina, Sabtu, menyatakan tak akan ada pembicaraan perdamaian lebih lanjut dengan Israel selama Tel Aviv melanjutkan pembangunan permukiman di wilayah pendudukan.

Keputusan oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) itu memperkuat Presiden Mahmoud Abbas yang telah mengancam akan meninggalkan meja perundingan yang didukung AS dan diluncurkan lagi satu bulan sebelumnya sehubungan dengan dilanjutkannya pembangunan permukiman baru-baru ini di Tepi Barat Sungai Jordan.

Namun, Abbas telah mengatakan ia takkan membuat keputusan akhir mengenai pembicaraan itu sampai setelah pertemuan menteri luar negeri Arab di Libya pada Jumat.

Dengan demikian, para penengah AS masih memiliki waktu beberapa hari lagi guna berusaha mencapai kompromi.

"Berlanjutnya perundingan memerlukan langkah nyata dari Israel dan masyarakat internasional yang dimulai dengan penghentikan kegiatan permukiman," kata PLO di dalam satu pernyataan.

"Kami memiliki pilihan (bagi perundingan tersebut) yang akan segera kami umumkan," kata PLO setelah penyelenggaraan pertemuan khusus yang dihadiri oleh Abbas dan anggota Komite Sentral gerakan Fatahnya. Organisasi Palestina tersebut tak memberi perincian lebih lanjut.

"Pemimpin Palestina menganggap pemerintah Israel bertanggung jawab atas kegagalan upaya internasional dan proses perdamaian di wilayah itu sebab negara Yahudi tersebut bertekad menggabungkan perundingan dengan permukiman," tambahnya.

PLO, kelompok payung yang didominasi Fatah --yang dipimpin Abbas-- dan meliputi kebanyakan faksi kecil tapi tidak melibatkan Gerakan Perlawan Islam (HAMAS), adalah wakil tunggal internasional bagi rakyat Palestina.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bereaksi dengan mendesak Abbas "agar melanjutkan pembicaraan perdamaian tanpa jeda dengan tujuan mencapai kesepakatan yang bersejarah dalam waktu satu tahun", demikian isi pernyataan dari kantornya.

"Selama 17 tahun Palestina berunding sementara pembangunan jalan terus di semua permukiman Yahudi di wilayah pendudukan Tepi Barat," kata Netanyahu. Ia menyampaikan harapan bahwa "mereka sekarang takkan berpaling dari perdamaian".

Sementara itu Fatah tampaknya telah mensahkan sikap yang bahkan lebih keras mengenai perundingan itu ketika seorang anggota Komite Sentral menyarankan masyarakat internasional mempertimbangkan kembali keberadaan Israel.(*)

(Uu.C003/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010