Sleman (ANTARA News) - Perajin batik yang tergabung dalam Kelompok Keluarga Batik Sri Sadana di dusun Susukan, desa Margokaton, Seyegan berupaya keras untuk mampu menembus pasar internasional.
"Kami berupaya keras untuk dapat menembus pasar internasional, dari sisi kualitas kami yakin mampu bersaing hanya saja kendala kami adalah keterbatasan informasi terkait peluang ekspor," kata pengelola Kelompok Batik Sri Sadana Didik Harjunadi, Sabtu.
Menurut dia, batik yang diproduksi kelompok batik yang berjumlah 40 anggota itu berupa kain cap atau biasa disebut batik cap. "Meskipun disebut batik cap namun dalam proses produksi kami memadukan antara batik tulis dan batik cap ini," katanya.
Ia mengatakan, dengan 17 tenaga perajin, kelompok usaha batik ini mampu memproduksi kurang lebih 50 lembar hingga 100 lembar kain batik cap setiap bulannya.
"Harganya bervariasi tergantung bahan dan tingkat kesulitan motif dan pewarnaan, batik berbahan katun seharga Rp65 ribu, batik dari sutera seharga Rp1,5 juta," katanya.
Didik mengatakan, rata-rata batik yang dipasarkan harganya berkisar Rp300 ribu hingga Rp500 ribu. "Motif Garuda Purba menjadi andalan kami untuk bersaing di pasaran batik," katanya.
Ia mengatakan, omset per bulan Kelompok Batik Sri Sadana mencapai Rp8 juta hingga Rp15 juta, karena selama ini produk batik Sri Sadana belum diekspor.
"Pemasaran masih sebatas wilayah Sleman dan sekitarnya dan hanya sebagian kecil saja yang dilempar ke pasaran luar daerah, seperti Kalimantan, Medan, dan Papua. Kami terkendala kurangnya informasi untuk ekspor karena belum ada jalur untuk mengirim produk keluar negeri," katanya.
(ANT/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010