"Kami menolak tes keperawanan bagi siswa. Itu tidak manusiawi. Harusnya dewan sadar bahwa pendidikan itu milik semua orang tanpa terkecuali," kata Reti, mahasiswi Bahasa Inggris Universitas Batanghari Jambi, Jumat.
Mereka menilai wacana DPRD itu sangat meresahkan calon peserta didik di tiap tingkatan.
Selain itu, mereka yang serius ingin bersekolah hanya lantaran tidak perawan akan termarjinalkan.
"Harus diakui kini pergaulan bebas cukup marak tapi bukan itu akar permasalahannya. Pergaulan tidak ada hubungannya dengan pendidikan. Apalagi sampai tidak bisa bersekolah, dewan harusnya berkaca," tegasnya.
Sementara mahasiswi lainnya, Madona Frezzelia, menyatakan pergaulan bebas tergantung anak itu sendiri.
"Bila memiliki mental yang baik, tentu akan berprilaku baik dan menghindari perbuatan mesum dan sebagainya. Itu akan didapat, bila orang tua mengajarkan kebaikan dan membekali anak dengan agama," katanya.
Sementara rekannya, Mayasari mengatakan, pemerintah dan wakil rakyat mestinya mewujudkan program pendidikan bermutu, dengan menetapkan standar penerimaan siswa baru lewat tes akademik dan merealisasikan dana pendidikan 20 persen dari APBD.
"Aneh, yang dibahas kok soal perawan dan tidak perawan. Itu tidak ada hubungannya dengan kualitas pendidikan, tapi sensasi," kata mahasiswi itu.
Anggota Komisi IV DPRD Provinsi Jambi Henry Mashur menjelaskan, wacana yang dilontarkan rekannya, Bambang Bayu Suseno erat kaitannya dengan rancangan Perda yang hendak mereka sampaikan di badan legislatif (DPRD.
"Itu rancangan Perda untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan di Jambi. Tidak ada soal tes keperawanan," katanya.(*)
ANT/E003/AR09
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010
terimakasih
Esensi pendidikan bukan hanya terletak di pengetahuan yang dibagikan bagi bangsa tetapi juga moral dan integritas yang paling penting. Manusia tanpa pengetahuan lebih baik daripada manusia tanpa moral dan integritas..