Penguatan rupiah mungkin ditopang oleh sentimen positif pasar terhadap kebijakan pelonggaran moneter bank sentral China yang akan memangkas GWM sebesar 50 basis poin yang akan berlaku tanggal 15 Juli.

Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan ini ditutup menguat ditopang pelonggaran moneter bank sentral China.

Rupiah ditutup menguat 35 poin atau 0,24 persen ke posisi Rp14.493 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.528 per dolar AS.

"Penguatan rupiah mungkin ditopang oleh sentimen positif pasar terhadap kebijakan pelonggaran moneter bank sentral China yang akan memangkas GWM sebesar 50 basis poin yang akan berlaku tanggal 15 Juli," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Senin.

Baca juga: Rupiah awal pekan menguat, dibayangi lonjakan kasus COVID-19

Menurut Ariston, pemangkasan Giro Wajib Minimum (GWM) oleh People's Bank of China atau PBoC tersebut akan menambah likuiditas di pasar keuangan.

Dari domestik, pada Minggu (11/7) kemarin, jumlah kasus baru COVID-19 di Tanah Air mencapai 36.197 kasus sehingga total kasus terkonfirmasi positif COVID-19 menjadi 2.527.203 kasus.

Indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar terhadap mata uang utama lainnya saat ini berada di level 92,216, naik dibandingkan posisi penutupan sebelumnya yaitu di posisi 92,130.

Baca juga: Kurs yuan merosot lagi 30 basis poin terhadap dolar AS

Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun saat ini berada di level 1,333 persen, turun dibandingkan posisi penutupan sebelumnya 1,356 persen.

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp14.483 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.480 per dolar AS hingga Rp14.498 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin menguat ke posisi Rp14.486 per dolar AS dibandingkan posisi pada perdagangan sebelumnya Rp14.548 per dolar AS.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021