Jakarta (ANTARA News)- Korea Utara yang penuh misteri akhirnya membuka jati diri sang 'putera mahkota' kepada dunia, Kamis (30/9), dengan merilis sebuah foto dari Kim Jong Un yang berpipi tembem dan berwajah serius duduk di samping ayahnya Kim Jong Il.
Para analis berpendapat bahwa penerbitan foto resmi pertama itu menegaskan status pemuda itu sebagai 'putera mahkota' dari negara komunis miskin tapi bersenjata nuklir tersebut.
Media resmi Korea Utara menyiarkan foto sang 'putra mahkota' berada di antara sekelompok petinggi Partai Pekerja Korea, dalam sebuah sesi foto, dua hari setelah partai itu melimpahkan beberapa pos berpengaruh kepada Jong Un dalam sebuah rapat tertinggi partai itu selama 30 tahun terakhir.
Beberapa jam kemudian, televisi Korea Selatan menayangkan sebuah rekaman video berisi seorang pria yang sangat mirip sang putera mahkota, sedang bertepuk tangan bersama beberapa anggota partai penguasa Korea Utara itu dalam sebuah konfrensi, Selasa (28/9).
Sang putera mahkota itu memang terus diliputi oleh misteri dan bahkan usianya masih belum jelas, meski banyak yang mengira ia berusia 27 tahun. Satu-satunya fotonya yang pernah dilihat adalah sebuah foto ketika ia sedang bersekolah di Swiss.
"Ia mirip kakeknya, Kim Il Sung tetapi ia lebih pendek dan gemuk seperti ayahnya," kata Yang Moo Jin dari University Of North Korean Studies, Seoul, kepada AFP.
"Penyiaran gambarnya adalah berarti mendeklarasikan bahwa Jong Un adalah 'putera mahkota' mereka. Itu juga sebuah sinyal Kim junior sedang melancarkan aktifitas resminya," ujar Yang melanjutkan.
Media resmi Korea Utara tidak mengungkapkan di kelompok mana tepatnya Jong Un duduk dalam foto itu tetapi tampaknya ia merupakan satu-satunya wajah muda di situ.
"Kami percaya ia adalah Kim Jong Un," kata juru bicara kementerian unifikasi Korea Selatan, Lee Jong Joo, sembari menunjuk seorang pria muda berbusana safari a la Mao berwarna biru gelap, duduk berselang satu kursi dari ayahnya yang berusia 68 tahun.
Amerika Serikat (AS) dan berbagai negara sedang berusaha mencari informasi tentang apa yang akan terjadi dalam suksesi kedua dari dinasti Kim, setelah Kim Il Jong mengambil alih kekuasaan dari ayahnya Kim Il Sung.
Kepala Badan intelejen AS, CIA, Leon Panetta, akan tiba di Korea Selatan, Sabtu (2/10), untuk bertukar informasi, demikian lapor kantor berita Yonhap.
Nama sang pewaris tahta Korea Utara tidak pernah disebutkan oleh media resmi sampai minggu ini, ketika pemimpin Korea Utara mengangkatnya menjadi jenderal bintang empat beberapa waktu sebelum rapat partai.
Para pengamat berharap Korea Utara akan meredakan ketegangan dengan luar negeri setelah pergantian pemimpin, meski sang ayah masih tampak memegang kontrol walau sempat terserang stroke dua tahun lalu.
Sayangnya pembicaraan militer antara dua Korea selama dua tahun terhenti tanpa kemajuan pada Kamis karena Seoul menuntut permintaan maaf dari Pyongyang setelah menyebabkan tenggelamnya sebuah kapal perang Korea Selatan.
Sementara itu utusan Korea Utara mengancam akan meledakkan tempat-tempat yang digunakan Korea Selatan untuk melepaskan selebaran propaganda ke seberang perbatasan, jika tidak menghentikan kegiatannya itu.
"Tindakan provokatif itu membuat berang tentara dan rakyat Korea Utara dan khususnya pasukan artleri Korea Utara di garis depan yang tampak semakin siap untuk meledakkan pusat propaganda Korea Selatan," ucap Kolonel Ri Son Gwon, ketua delegasi Korea Utara.
Kementerian pertahanan Korea Selatan mengatakan para perwira mereka sangat 'menuntut Korea Utara untuk mengakui, meminta maaf, dan menghukum mereka yang bertanggung jawab atas serangan terhadap kapal Cheonan.
Korea Utara menolak mengakui temuan penyelidikan internasional yang menyatakan bahwa tenggelamnya kapal dan gugurnya 46 pelaut Korea Selatan itu disebabkan oleh torpedo Korea Utara.
Setelah berbulan-bulan dalam ketegangan, Korea Utara akhirnya menunjukan tanda-tanda untuk berdamai dengan Korea Selatan dan AS. Tetapi, Korea Utara tetap kukuh menolak keterlibatannya dalam tragedi kapal laut itu dan mengutuk latihan gabungan antikapal selam AS dan Korea Selatan yang diadakan setelah insiden itu.
Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Tae Young dalam sebuah forum di Seoul mengatakan telah melihat sebuah tanda adanya kemungkinan provokasi dari Korea Utara, terutama di 11 wilayah perbatasan, tempat Korea Selatan meletakkan pengeras suara untuk melakukan aksi propaganda. Korea Selatan melakukan propaganda lewat pengeras suara sebagai balasan atas tenggelamnya kapal mereka.
Seorang utusan Korea Utara tiba di Beijing, China, Kamis. Media Korea Selatan mengatakan utusan itu tampaknya hanya mengabarkan pada China, sekutu utama Korea Utara, tentang rapat partai itu.
(Ber/A038/ART)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010