Strasbourg, Prancis (ANTARA News) - Pereli veteran dari Prancis Sebastien Loeb mengincar gelar dunia ketujuh berurutan dan hal itu akan terjadi bila ia meraih gelar juara di tanah kelahirannya pada Reli Prancis akhir minggu ini.
Pereli Citroen itu harus bekerja keras dan menunggu setelah dua minggu lalu ia hanya berada di urutan kelima dalam Reli Jepang, yang dimenangi rekan senegaranya Sebastien Ogier.
Tetapi pereli berusia 36 tahun itu menyatakan akan berusaha memenangi perlombaan putaran ke-11 dari 13 seri Kejuaraan Dunia yang diadakan musim ini.
Loeb memimpin Ogier dengan 43 poin memasuki tiga putaran akhir musim ini, sedangkan pereli Finlandia Jari-Matti Latvala terpaut 26 poin dan ia mengatakan tetap fokus dengan pekerjaannya menjelang klimaks lomba musim ini.
"Saya harus bersiap menghadapi perlombaan mendatang dan semua peserta juga pasti bersiap," kata Loeb, setelah pereli Norwegia Petter Solberg tampil tercepat dalam latihan (shakedown) Kamis di cuaca dingin, menjelang lomba 20 lintasan khusus (SS), Jumat.
"Saya harus mencoba yang terbaik," kata pereli itu, yang datang dari Haguenau, sekitar satu jam perjalanan mobil ke tempat perlombaan di kawasan Timurlaut Prancis, di perbatasan dengan Jerman.
"Tentu saja saya merasa hebat berada di kandang sendiri. Tapi saya harus mempersiapkan lomba dengan bagus dan melupakan sesaat bahwa saya sedang berada di tanah kelahiran saya," katanya.
"Lintasan spesial amat keras dan cepat. Lintasan itu dari aspal. berbeda dari lintasan lain yang kami lewati selama ini," katanya.
"Lintasan itu juga amat licin, lebih cepat dari lintasan awal di negara lain," katanya.
Namun Loeb tidak kalah dalam lomba di lintasan aspal selama lima tahun ini dan ia merasakan pengalaman itu membuatnya memiliki rasa percaya diri lebih besar.
"Saya berharap dapat melaluinya dengan bagus seperti selama ini, tidak tergelincir seperti yang saya alami di Jepang," katanya.
"Di bagian lain lintasan bagus dan menarik tetapi jangan sampai melakukan kesalahan. Ada malah lintasan yang bisa dilewati dengan kecepatan 200 kilometer per jam," ujarnya.
"Saya memperhitungan lebih baik hujan tidak turun, atau jangan terlalu banyak, karena bila hujan bisa berbahaya mengembangkan kecepatan sebab lintasan akan berlumpur. Tapi reli ini sangat menantang," katanya dikutip Reuters.
Loeb, tercepat keenam dalam "shakedown", memenangi lomba di tempat itu pada 2003 tetapi mengatakan "banyak elemen baru dalam lomba itu" sehingga menyebabkan perlombaan pasti akan berbeda.
(A008/A023/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010