Padang (ANTARA News) - Konsul Jenderal AS Perwakilan Sumatera, Stanley Harsha, menyatakan salut atas semangat orang Minang Sumatra Barat yang bisa cepat bangkit pascagempa berkekuatan 7,9 SR melanda daerah itu pada 30 September 2009.
"Pascagempa Sumbar, ada tiga hal terjadi di masyarakat Minang, `kesabaran, kemanusiaan, dan harapan," kata Stanley Harsha, pada prosesi pembukaan selubung "Monumen Korban Gempa" oleh Wagub Sumbar Muslim Kasim, di Padang, Kamis sore.
Menurut Harsha, rakyat Sumbar sangat sabar menunggu bantuan, tidak panik, sehingga itu dukungan yang telah menyelamatkan banyak jiwa.
Banyak jiwa pada saat itu mendapat bantuan dari seluruh negeri datang dari LSM dan orang Indonesia lainnya ke Padang dalam tempo 24 jam. Hingga dapur kecil pun segera didirikan agar tidak kelaparan.
"Semua sahabat internasional di seluruh dunia hingga sekarang tetap ada `di belakang`, memberi dukungan agar Padang cepat bangkit," katanya.
Orang Minang, katanya, sangat kuat dan tegar. Setelah terkejut dengan bencana namun cepat bangun lagi dengan kaki sendiri.
Namun demikian, tambahnya, bencana itu tetap ada dan datang dari Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kita yang selamat perlu belajar dari segi ujian dariNya.
Wali Kota Padang, Fauzi Bahar menyampaikan terimakasih atas segala bantuan dari berbagai pihak dalam dan luar negeri untuk mendukung percepatan pemulihan Padang pascagempa.
"Terimakasih atas bantuan yang telah diberikan, semoga amal dan ibadah kita semua dibalas oleh Yang Maha Kuasa," kata Fauzi yang menyatakan pula dirinya masih mengharapkan bantuan untuk mendukung percepatan pemulihan gempa Padang.
Ia mengumpamakan, jangankan bantuan satu ton beras, jika diberikan satu buah supermie pun pasti akan dikejarnya juga.
Pada kesempatan itu, Wali Kota Padang, Fauzi Bahar juga memberikan penghargaan kepada Radio Republik Indonesia (RRI) Padang yang telah menjadi sarana ampuh dalam menenangkan warga dari kepanikan ketika gempa terjadi.
Semua sarana dan prasarana rusak, penerangan listrik putus, curah hujan juga mewarnai bencana itu bahkan hiruk pikuk tidak bisa dihentikan, namun RRI bisa menyampaikan pesan-pesan Pemkot Padang agar warga tetap tenang dan sabar.
Karena itu, katanya lagi, di masa pemulihan ini hendaknya semua warga bahu-membahu dalam mendukung percepatan pemulihan Padang pascagempa.
Selain itu kata Fauzi, keberadaan Monumen Korban Gempa dengan 383 nama korban yang diukir di monumen itu hendaknya bisa dikenang oleh anak cucu sekaligus sebagai monumen kebangkitan Padang.
"Pada tahun 1632, Padang pernah dilanda gempa kuat, kemudian menyusul tahun 1864 dan tahun 2009. Artinya siklus gempa besar itu terjadi 150 tahun perulangannya sehingga monumen ini bisa menjadi saksi peninggalan sejarah bagi anak cucu kelak," katanya dengan suara sedih terbata-bata itu.
Sementara itu menurut Andreas pemrakarsa Monumen Korban Gempa Padang, bahwa monumen seberat 8 ton itu dikerjakan oleh seniman Yogyakarta selama lima bulan. (F011/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010