Soweto (ANTARA News) - Ratusan nenek miskin Afrika Selatan "mandi uang" dengan menuai untung dari ajang Piala Dunia 2010 berkat hasil penjualan scarf dan topi buatan tangan bagi para suporter.
Project Gogo, yang berarti nenek dalam bahasa Zulu, yang mengajarkan keterampilan menjahit pada para wanita pengangguran di daerah pemukiman kumuh di Johanesburg, menjual lebih dari 20.000 scarf dan topi selama kejuaraan yang berakhir Senin (12/7) lalu, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Banyak suporter yang datang tanpa membawa perlengkapan yang cukup mengingat Piala Dunia kali ini berlangsung pada musim dingin, dengan temperatur turun drastis pada malam hari terutama di stadion dataran tinggi seperti Johanesburg dan Bloemfontein.
"Saya tidak pernah mendapat seribu rand (132 dolar) semenjak saya lahir, dan selama 30 tahun saya bekerja bagi orang kulit putih," ujar Victoria Maseko (87) yang pernah menjadi pembantu rumah tangga.
Para nenek itu menjual scarf dengan berbagai warna sesuai dengan tim yang berlaga, dengan waktu pembuatan selama 2 hari dan laku dijual 170 rand satuannya.
FIFA melarang pedagang ilegal berjualan di dalam stadion selama turnamen, namun para "gogo" itu menjual pakaian hangat buatannya di luar area tersebut, melainkan di pusat perbelanjaan dan taman-taman tempat berkumpulnya para suporter.
Setiap harinya, sekelompok nenek yang terdiri dari 15 orang keluar rumah untuk menjajakan dagangannya secara berkelompok.
"Setiap pagi saya menyediakan teh atau kopi untuk mereka. Kami tidak makan siang karena kami tidak punya uang untuk membelinya," ujar Zangili.
Dipimpin Maseko, para wanita itu bersenandung sambil merajut benang wol berwarna merah, putih, dan biru. Sementara cucu-cucu mereka bermain di sekitarnya.
Proyek Gogo berdiri pada 2006 untuk menciptakan bisnis berkelanjutan bagi warga Afrika Selatan yang tidak mempunyai keterampilan apa-apa.
Corak negara Afrika Selatan, Belanda, dan Meksiko adalah yang paling laris terjual. Muncul kekhawatiran dari para nenek karena ajang empat tahun sekali itu kini telah berakhir.
Proyek bisnis tersebut memungkinkan barang buatan tangan itu dilempar baik ke pasar luar negeri maupun dalam negeri Afrika Selatan.
(m-ela/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010