Yogyakarta (ANTARA) - Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) menyiapkan tim psikolog untuk pasien COVID-19, keluarga, masyarakat hingga tenaga kesehatan yang berpotensi mengalami gangguan psikologis selama pandemi COVID-19.
Kepala Unit Konsultasi Psikologi (UKP) Fakultas Psikologi UGM, Edilburga Wulan Saptandari di Yogyakarta, Ahad, mengatakan tim yang disiapkan terdiri dari para mahasiswa magister psikologi maupun psikolog dari UGM dan rekanan.
"Kami memiliki 55 psikolog internal dan nanti bisa melibatkan psikolog rekanan jika diperlukan," kata dia.
Menurut dia, pandemi COVID-19 yang berkepanjangan bisa mengakibatkan gangguan psikologis, baik bagi pasien, keluarga, masyarakat hingga tenaga kesehatan sehingga memerlukan penanganan.
Baca juga: Psikiater UGM: Dukungan sosial sangat diperlukan pasien COVID-19
Baca juga: Tim pengembang tegaskan izin edar GeNose C19 masih berlaku
Ia mengatakan sejak awal pandemi timnya sudah ikut serta dalam penanganan psikologis tersebut di bawah tim call center Satgas Covid UGM.
"Waktu itu di bawah Satgas COVID-19 UGM ada call center. Nah, kita bergabung di situ," kata dia.
Dengan melonjaknya kasus COVID-19 saat ini maka peran tim psikolog tersebut akan semakin diperkuat. Apalagi, UGM juga telah menyiapkan selter bagi pasien COVID-19 bergejala ringan di beberapa lokasi.
Untuk memberikan penanganan dan dukungan psikososial ini, kata dia, bisa dilakukan secara bertahap. Misalnya, ketika pasien datang pertama kali bisa langsung mendapat penanganan psikologi dari para mahasiswa Magister Psikologi UGM.
Namun, jika kondisinya perlu penanganan lebih jauh maka akan dilanjutkan kepada para psikolog-dosen dari UKP Fakultas Psikologi maupun psikolog rekanan.
Menurutnya, tahapan penanganan psikologi korban COVID-19 secara prinsip perlu mendapatkan Psychological first aid (PFA) agar mereka lebih tenang, rileks dan tidak panik dengan kondisi yang dialami.
Ia mengakui saat ini gangguan psikologi tidak hanya dialami oleh pasien COVID-19 maupun keluarganya, namun juga tenaga kesehatan.
"Nakes saat ini juga sangat capek. Mereka nakes yang ada di garda depan hingga yang melakukan penelusuran kemudian satu per satu telpon ke keluarga maupun pasien. Tentu ada kecemasan termasuk munculnya psikosomatis," kata dia.
Mereka yang memerlukan dukungan psikososial ini tingkat penanganannya berbeda-beda. Ada yang lebih mudah, namun ada pula yang sulit seperti mengalami depresi. Konseling yang diberikan ini sifatnya mendukung dan membantu agar mereka bisa segera lepas dari gangguan psikologi akibat COVID-19.*
Baca juga: Pengembang akui GeNose C19 bisa munculkan hasil positif palsu
Baca juga: Pakar: Masyarakat harus benahi sikap dan tindakan untuk cegah COVID-19
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021