Jakarta (ANTARA News) - Pertandingan Brazil lawan Hungaria pada Piala Dunia 1954 dan Chile lawan Italia pada 1962 disebut-sebut sebagai "pertempuran" karena terlalu kasar dan banyak darah berceceran.
Tapi itu tak lebih dari tawuran. Ingatkah Anda pernah ada "perang sepak bola" sungguhan yang melibatkan tidak kurang dari 40 ribu tentara, menyebabkan 100 ribu penduduk sipil mengungsi dan 2.000 lebih nyawa melayang sia-sia"
Mengerikan! Ini terjadi selepas pertandingan kualifikasi Piala Dunia 1970 Zona Amerika Tengah-Utara dan Karibia (CONCACAF) antara Honduras lawan El Salvador.
Meski secara wilayah bersanding, Honduras dan El Salvador memiliki hubungan kurang rukun. Kedua negara Amerika Tengah ini memiliki kondisi georgrafis dan demografi amat berbeda.
Hanya berurukuran seperlima dari Hondruas, El Salvador justru dihuni oleh penduduk yang jumlahnya dua kali lipat dibanding Honduras.
Persoalan pertanahan dan lapangan pekerjaan yang melanda El Salvador, ditambah pula dengan pemerintahan yang opresif, memaksa penduduk El Salvador untuk menyeberangi perbatasan menuju negeri sebelah yang lebih longgar dan relatif lebih makmur.
Hingga 1969, tidak kurang dari 350 ribu imigran El Salvador membanjiri Honduras. Jumlah ini berarti 20 persen dari total jumlah pendudu Honduras.
Besarnya imigran El Salvador ke Honduras kemudian menimbulkan dampak politik, ekonomi, dan sosial serius bagi warga dan Pemerintah Honduras, terutama bagi pemilik tanah dan perusahaan perkebunan yang tanahnya terancam diserobot.
Para pemilik tanah mendesak Pemerintah Honduras untuk menindak para imigran yang tidak dikehendaki itu.
Alhasil, imigran El Salador kemudian tidak hanya menghadapi tekanan yang dilakukan pemerintah melalui pendekatan kekuasaan maupun kampanye propaganda, tapi juga tindakan kekerasan seperti pengeroyokan, penyiksaan, hinga pembunuhan, yang dilakukan secara merata oleh penduduk sipil Hondruas di seantero negeri.
Pemerintah Honduras bertindak lebih jauh dengan memberlakukan undang-undang pertanahan baru yang memaksa sebagian besar imigran El Salvador angkat kaki dan kebali pulang ke kampung halaman.
Nasib tragis imigran El Salvador di negeri jiran ini kemudian menyulut dendam kesumat saudara-saudara mereka di Tanah Air, (Owen, A. McBell, 2010).
Pertemuan kedua negara di ajang penyisihan Piala Dunia 1970 pada Juni 1969 semakin memanaskan hubungan mereka. Lolos dari fase pertama penyisihan Zona CONCACAF, Honduras dan El Salvador mesti berhadapan di putaran kedua yang digelar secara tandang dan kandang dengan sistem gugur (knock-out).
Tim yang menang akan menuju ke babak play-off melawan Haiti (yang menyingkirkan Amerka Serikat di babak yang sama) guna memperebutkan sisa jatah satu tempat untuk CONCACAF.
Pertandingan pertama dilangsungkan pada 8 Juni 1969 di Tegucigalpa, ibukota Honduras. Honduras menang tipis 1-0. Sampai di sini, belum tampak ada tanda-tanda gawat yang melebihi aroma permusuhan di lapangan.
Tapi kebalikannya terjadi seminggu kemudian ketika pertandingan dilangsungkan di ibukota El Salvador, San Salvador.
Akibat berita bohong
Menyusul kemenangan besar 3-0 tuan rumah El Salvador, media lokal Honduras memuat berita (yang kemudian terbukti dilebih-lebihkan), bahwa telah terjadi pemukulan, pembakaran mobil, bahkan pemerkosaan dan pembunuhan, yang dilakukan pendukung El Salvador terhadap warga Honduras yang tinggal di El Salvador.
Kabar itu membuat gempar Honduras sehingga mereka melakukan serangan balasan kepada imigran El Salvador di Honduras. Aparat keamanan tentu saja berada di belakang rakyat Honduras.
Dengan saling mengalahkan, El Salvador dan Honduras sama-sama mengumpulkan nilai sama. Karena aturan selisih gol saat itu belum diberlakukan, kedua tim harus melakukan laga di tempat netral, yaitu di Kota Meksiko, pada 27 Juni 1969.
Pada pertandingan ketiga ini, El Salvador berhasil mengalahkan Honduras 3-2 setelah melewati perpanjangan waktu. Dengan demikian, El Salvador lah yang berhak lolos ke babak terakhir kualifikasi zona CONCACAF menghadapi Haiti yang melaju setelah mengalahkan AS.
Setelah melewati Haiti, juga dalam tiga pertandingan, El Salvador akhirnya melaju ke putaran final Piala Dunia 1970 di Meksiko, yang merupakan Piala Dunia pertama dan terakhir bagi El Salvador hingga kini.
Bersamaan dengan itu, suasana di luar lapangan pertandingan yang meliputi kedua belah pihak semakin tidak terkendali.
Sehari sebelum pertandingan penentuan di Kota Meksiko, tepatnya pada 26 Juni 1969, pemerintah El Salvador memutuskan segala jenis hubungan dan kerja sama dengan Honduras.
Setelah serangkaian kekerasan dan tindakan saling balas di antara dua negara tetangga itu, kurang dari tiga minggu kemudian, pada 14 Juli 1969, meletuslah perang secara terbuka.
Cerita lain menyebutkan, pendukung Honduras disandera tuan rumah El Salvador di lapangan sehingga tentara Honduras menyerang El Salvador untuk membebaskan warganya.
Sehari kemudian El Salvador gantian menyerang Honduras dengan mengebom instalasi militer dan bandara internasional Tegucipalga di ibukota Honduras.
Karena perang itu amat erat berkaitan dengan penyisihan Piala Dunia 1970, maka perang itu dinamai Perang Sepak Bola (Football War).
Perang Sepak Bola itu berlangsung lima hari, melibatkan tidak kurang dari 40 ribu tentara kedua belah pihak, menyebabkan 100 ribu penduduk sipil mengungsi dan sekitar 2000 jiwa menjadi korban.
Ini sepak bola Bung, tapi bisa jadi penyebab perang. Mengerikan! (A008/K004)
Pewarta: Oleh A.R. Loebis
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010