Bloemfontein (ANTARA News) - Menjelang laga penentuan nasib Perancis di Piala Dunia (PD) melawan tuan rumah Afrika Selatan (Afsel) Selasa (22/6), kemelut di kubu "Les Bleus" masih belum berakhir, pelatih Raymond Domenech menyebut tindakan pemainnya yang memberontak itu bodoh.
Perancis sedang menghadapi krisis terkait keputusan Domenech untuk memulangkan penyerang andalannya Nicolas Anelka, yang berbuntut panjang. Para pemain Perancis menolak menjalani sesi latihan yang diadakan Senin (21/6).
"Saya berusaha meyakinkan mereka bahwa mereka melakukan penyimpangan, kebodohan, ketololan tanpa sebab, kata Domenech, seperti dikutip Sky Sports.
Selain itu kapten tim "Ayam Jantan" Patrice Evra tidak menghadiri konferensi pers yang digelar menjelang laga antara Perancis melawan "Bafana Bafana", hal ini menimbulkan kemungkinan Evra tidak akan bermain dalam laga itu.
Domenech masih belum menentukan pemain yang akan diturunkan melawan Afsel.
"Saya belum menentukan tim. Saya akan memilih pemain yang secara mental dan fisik bagus untuk memenangi pertandingan. Sanksi untuk Anelka dibenarkan dan saya mendukung federasi sepak bola Perancis. Tak seorangpun yang harus bereaksi seperti itu," kata Domenech.
Perancis menduduki peringkat keempat grup A dengan nilai 1 berkat hasil imbang saat melawan Uruguay.
Mereka menelan kekalahan 2-0 dari Mexico. Langkah Perancis untuk melaju ke babak enam belas besar cukup berat, sebab Uruguay dan Mexico hanya membutuhkan hasil imbang untuk bisa lolos.
Perancis masih bisa lolos bila mampu memasukkan banyak gol ke gawang Afsel, dengan catatan salah satu diantara Uruguay maupun Mexico menelan kekalahan dengan skor telak. Domenech meminta para pemainnya menjalani laga penentuan dengan baik.
"Apakah reputasi Perancis ternoda? Itu tergantung pada hasil pertandingan. Mereka harus bermain dengan bagus. Mereka harus menunjukkan kecintaan mereka pada sepak bola dan tim Perancis," kata pelatih yang masa jabatannya habis usai Piala Dunia 2010 itu ,seperti dikutip The Sun.
(ENY/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010