Banda Aceh (ANTARA News) - Berbagai upaya dilakukan para pemilik warung kopi (warkop) dalam menjaring sebanyak-banyaknya orang untuk menyaksikan pertandingan sepak bola Piala Dunia, di antaranya dengan cara "memperlebar" layar televisinya melalui penambahan perengkat lunak elektronik.

ANTARA di Banda Aceh, Minggu malam melaporkan, warkop yang hanya menyediakan pesawat televisi standar meski dengan layar kacanya mencapai 40 inci, tidak banyak penontonnya.

Berbeda warkop yang memasang alat tambahan televisi, misalnya infokus dengan layarnya berdiamater 3x2 meter, dipadati penonton, bahkan ada di antara mereka (penonton) yang tidak kebagian tempat duduk.

Warkop "Niagara" di jalan T Hasan Dek Beurawe Kota Banda Aceh, misalnya, penontonnya membludak sampai ke ruas jalan. Mereka yang tidak kebagian kursi terpaksa duduk di atas motor yang parkir di pinggir jalan depan warung tersebut.

"Five corner caffe", kawasan Simpang Limong, setiap malamnya dipadati ratusan warga nonton bareng pertandingan sepak bola bergengsi empat tahunan yang disiarkan langsung stasiun televisi swasta nasional dari Afrika Selatan.

Salah seorang pemilik warkop yang menggelar nonton bareng Piala Dunia, Ermi, menyebutkan omzetnya mengalami peningkatan sekitar 100 persen dibanding hari-hari biasa.

"Alhamdulillah, lebih sepekan terakhir ini omzet kami mengalami peningkatan. Kami tetap memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan, sepak bola salah satu cabang olahraga yang cukup digemari masyarakat khususnya di Aceh," kata dia.

Warkop yang menyiapkan layar lebar nonton bareng, juga menyediakan makanan ringan, nasi dan mie goreng serta kopi khas Aceh serta minuman kemasan lainnya.

Kalau harganya memang sedikit berbeda dengan hari-hari biasa. Segelas kopi senilai Rp5.000, sementara hari biasanya Rp3.000/gelas.

Tidak hanya penyediaan layar lebar, warkop atau cafe juga melakukan berbagai upaya untuk menjaring lebih banyak penonton, misalnya penambahan peralatan sound sistem yang mengesankan seolah-olah penonton berada di stadion di Afsel. (A042/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010