Johannesburg (ANTARA News) - Pemain Belanda dan Denmark bersatu, Senin, ketika mengeluhkan bermain di dataran tinggi 5.750 kaki (1.753 meter) di atas permukaan laut yang amat mempengaruhi permainan mereka pada pembuka Grup E Piala Dunia di Stadion Soccer City di Johannesburg.
Pertandingan itu, dimulai pukul 1130 GMT ketika cuaca cerah di bawah langit biru dan pertandingan berakhir 2-0 untuk kemenangan Belanda, disaksikan sekitar 83.000 penonton di stadion yang akan digunakan untuk delapan pertandingan termasuk babak final pada 11 Juli, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Pertandingan itu merupakan yang ketiga diadakan di dataran tinggi Johannesburg tetapi para pemain Afrika Selatan dan Meksiko yang bermain 1-1 pada pertandingan awal Jumat, tidak ada mengeluh karena mereka sudah terbiasa dengan kondisi cuaca seperti itu.
Pertandingan di dataran tinggi antara Argentina melawan Nigeria di Ellis Park di Johannesburg Sabtu kelihatannya tidak akan banyak mempengaruhi para pemain kedua tim.
Namun pertandingan pertama antara kedua negara Eropa itu, serta semua tim dari negara dataran yang lebih rendah, cuaca amat berpengaruh, kata pemain depan Belanda Dirk Kuyt, yang mencetak angka untuk timnya lima menit menjelang laga usai.
Belanda lebih dulu unggul melalui Simon Poulsen lewat gol bunuh diri pada menit pertama babak kedua.
"Kedua tim harus menyesuaikan diri dengan kondisi dataran tinggi yang berbeda bagi mereka," kata Kuyt kepada wartawan ketika ditanya mengapa laga babak pertama amat memprihatinkan.
Ia mengaku, pertandingan itu tidak terasa hebat bagi penonton, dengan mengatakan, "Segala sesuatunya berkaitan dengan dataran tinggi itu."
Pengatur serangan Belanda Giovanni van Bronckhorst, memenangi pertandingan (cap) internasional ke-100, mengatakan, ia tidak mengerti apa yang didapat mereka setelah berjuang menyesuaikan diri dengan cuaca dataran tinggi, dua minggu di Austria dan seminggu di Afrika Selatan.
"Seminggu awal amat sulit, saya merasa asing dan mulut saya kering setiap saat--tetapi sekarang sudah membaik," kata Van Bronckhorst kepada Reuters.
Pemain bertahan Denmark Daniel Agger menyatakan susah menyesuaikan diri dengan cuaca sehingga para pemain mengurangi kecepatan lari mereka dan hanya berpikiri bagaimana suatu saat melakukan tekanan terhadap lawan.
"Saya kaget," katanya, "Saya kira kami dapat bermain bagus pada babak pertama, tetapi baru dapat melakukannya pada babak kedua setelah mereka mencetak angka. Setelah itu baru kami dapat sedikit santai dan bermain seperti biasa."
Penjaga gawang Denmark Thomas Sorensen mengatakan dataran tinggi dengan udara lebih tipis mempengaruhi laju bola atas.
"Anda merasakan bernafas agak berat," katanya, "Tetapi perbedaan paling mencolok bagi saya jalan bola semakin cepat."
"Sulit menguasai bola tetapi itu lah yang harus dilakukan tim dan mereka harus berusaha mengatasinya untuk dapat maju ke putaran akhir," katanya.
"Banyak pertandingan dilakukan di dataran tinggi sehingga Anda tidak akan bisa menang bila tidak dapat menyesuaikan diri. Bola itu bisa menipu dan tidak hanya bagi penjaga gawang tetapi juga untuk semua pemain," katanya.
Belanda akan bermain lawan Jepang dan Kamerun di dataran biasa sedangkan Denmark tetap main di dataran tinggi Pretoria dan Rustenburg.
Cape Town, Port Elizabeth dan Durban, merupakan tiga dari sembilan tempat pertandingan yang berada di dataran rendah sedangkan enam lainnya merupakan dataran tinggi.
Johannesburg merupakan dataran tertinggi, disusul Nelspruit (1741 meter/5700 kaki), Rustenburg (1500 meter/4900 kaki), Blomfontein (1400 meter/4600 kaki), Pretoria (1370 meter/4500 kaki) dan Polokwane (1312 meter/4300 kaki).
(A008/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010