Dave (33), seorang tenaga pemasaran farmasi, aslinya berasal dari Bristol di baratdaya Inggris tetapi sekarang tinggal di Selandia Baru, mengawali perjalanannya ketika ia pergi ke Auckland Sabtu lalu (5 Juni) dengan kekasihnya dan mendaftar untuk penerbangan ke Johannesburg, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Akan tetapi, alih-alih naik ke pesawat menuju Afrika Selatan, ia membatalkan tiketnya, membeli yang baru dan malam itu melakukan penerbangan lain -- menuju London -- karena ia tidak mempunyai halaman kosong dalam paspornya.
Diberi tahu bahwa tanpa halaman kosong, ia tidak akan diijinkan masuk ke Afrika Selatan dan kemudian mendapat informasi dari Kedutaan Besar Inggris di Wellington bahwa dibutuhkan empat pekan untuk memproses yang baru, ia mempertimbangkan pilihannya.
"Saya berpikir untuk pergi ke Honk Kong," katanya. "Tetapi akhirnya memutuskan hal yang terbaik untuk dilakukan adalah membatalkan penerbangan semula dan pergi ke London untuk mendapatkan paspor baru."
Ia terbang ke London, transfer ke Peterborough lokasi tempat kantor pusat urusan paspor Inggris Raya, dan setelah tiga jam mengantri untuk mendapatkan paspor baru, kembali ke Bandara Heathrow dan terbang ke Johannesburg, Afrika Selatan pada hari yang sama.
"Saya akhirnya tiba pada Selasa, dan saya senang tiba di sini," katanya pada Jumat saat ia bersiap melakukan perjalanan terakhirnya dari Pretoria ke Rustenburg untuk mengikuti pertandingan pembuka Grup C antara Inggris dan Amerika Serikat.
"Itu perjalanan jauh dan mahal, ya," tambahnya. "Tiket baru membuat saya harus membayar 5.000 dolar Selandia Baru (3.430 dolar AS), tetapi saya pikir itu semua bisa saya lakukan. Saya punya pilihan.
"Kekasih saya berada di sana bersama saya di bandara dan ia hanya mengatakan pada saya untuk pergi dan melakukannya. Untungnya, dia sangat mendukung!," katanya.
(F005/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010