Pekanbaru (ANTARA) - Universits Muhammadyah Riau (UMRI) menyiapkan kajian ilmiah pengembangan usaha watani atau agroforestry milik petani di Perawang,
Siak, yang membuka lahan perkebunan tanpa membakar.

Wanatani atau agroforestry adalah suatu bentuk pengelolaan sumber daya yang memadukan kegiatan pengelolaan hutan atau pohon kayu-kayuan dengan penanaman komoditas atau tanaman jangka pendek, seperti tanaman pertanian.

"Kami siap melakukan kajian ilmiah, mendampingi petani bernama Herman yang membuat terobosan dengan membuka perkebunan tnpa membakar lahan. Sebagai petani, Herman dengan usaha watni bisa membantu masyarakat sekitar," kata Rektor Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) Dr. Mubarak MSi, dalam webinar "Implementasi Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) melalui agroforestry alternatif solusi pencegahan karhutla di Riau, Rabu.

Selain memberikan pendampingan, pihaknya juga akan memberikan pandangan bahwa keberhasilan usaha pertanian pak Herman ini jika dikemas sedemikian rupa akan bisa dikembangkan menjadi desa wisata dengan objek wisata pertanian buah-buahan dan sayur-sayuran itu.

Herman mengatakan, seperti contoh di Malaysia mangrove biasa saja bagi orang kelautan, namun ketika diformat sedemikian rupa bahkan di beberapa tempat di Malaysia mangrove justru bisa dijadikan objek wisata sehingga banyak diminati wisatawan untuk berkunjung.

"Sebaiknya begitu pula untuk usaha pertanian pak Herman ini, dikemas dan bisa dijadikan sarana wisata, pengunjung bisa diajari cara menanam cabe yang baik, misalnya, hingga proses memanen yang baik," katanya.

Keberadaan usaha pertanian yang dikembangkan petani sukses ini, layaknya bisa dicontoh oleh petani lainnya di Riau sekaligus bisa mengisi kebutuhan sayuran dan pangan lainnya untuk Riau dan Kepri bahkan bisa diekspor.

Herman mengakui awalnya dirinya dibantu modal oleh perusahaan berupa Saprodi, dibangunkan saluran air, dan embung untuk menjaga stok air bagi tanamannya hingga pemasaran. Untuk pembukaan lahan bagi usaha perkebunan baru, sebaiknya tidak dengan cara dibakar karena akan menurunkan unsur hara tanah sehingga membutuhkan kompos yang banyak.

"Pada areal lahan seluas 3 Hektare sekarang, didukung lima pekerja saya sudah bisa menghasilkan Rp45juta-Rp60 juta dari pemasaran sayur-sayuran, buah-buahan seperti melon juga jagung cabe, pare, kacang panjang dan bayam," katanya.

"Ahamdulillah, usaha ini sudah bisa meningkatkan kesejahteraan petani apalagi bantuan bergulir diberikan PT Arara Abadi sudah termasuk dengan saprodinya itu," katanya.
Baca juga: IPB University perbarui kerja sama dengan CIFOR-ICRAF
Baca juga: Tahura Paser kembangkan agroforestry
Baca juga: Bukan alih fungsi, Perhutani manfaatkan hutan untuk wisata alam

Pewarta: Frislidia
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021