Jakarta (ANTARA News) - Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Adhyaksa Dault, yang mengirimkan pelatih pencak silat ke Afrika Selatan merasa bangga olahraga asal Indonesia ikut meramaikan "Parade Piala Dunia 2010" di Pretoria, Afrika Selatan.
"Tentu bangga, walaupun saat ini saya tidak menjadi Menpora lagi," kata Adhyaksa saat dihubungi dari Jakarta, Jumat.
Atraksi bela diri pencak silat yang diikuti oleh para pelajar dari Sekolah Muslim Bosmont Johannesburg yang mewakili Indonesia, meramaikan "Parade Piala Dunia 2010" di Ibukota Pretoria, Kamis, dan mendapat sambutan meriah. Delegasi Indonesia itu berasal dari perguruan yang berafiliasi dengan Al Azhar di Jakarta.
Adhyaksa juga Ketua Dewan Pembina perguruan pencak silat Al Azhar, dan dia yang mengirimkan dua orang pelatih ke Afrika Selatan. Adhyaksa saat bersekolah di Al Azhar juga ikut berlatih silat.
Adyaksa mengatakan, dengan ikutnya pencak silat pada parade itu maka olah raga tersebut makin dikenal dunia dan diharapkan makin banyak lagi masyarakat dunia yang mau mengenal dan menekuni pencak silat.
Sebelumnya, kata Adhyaksa, masyarakat di Afsel memintanya untuk mengirimkan pelatih pencak silat ke Afrika. Atas permintaan itu ia mengirimkan dua pelatih.
Selain itu, Adhyaksa yang kini Ketua Umum LSM lingkungan Vanaprastha, juga mengirimkan 1.000 keping cakram padat (VCD) mengenai olahraga pencak silat untuk dibagikan kepada masyarakat Afrika Selatan. Saat ini pun, katanya, Afrika Selatan juga meminta tambahan pelatih lagi.
Parade tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara yang diadakan oleh Pemerintah Kota Pretoria dalam memeriahkan pesta Piala Dunia 2010 yang akan digelar Jumat (11/6).
Sebanyak 39 pelajar setingkat SD tersebut dipimpin oleh Ketua Asosiasi Pencak Silat Afrika Selatan, Sariat Arifia, untuk bergabung dengan delegasi dari berbagai negara yang menampilkan kebudayaan khas mereka masing-masing.
Parade tersebut digelar oleh pemerintah kota Pretoria bekerja sama dengan panitia lokal Piala Dunia 2010 sebagai bagian dari rangkaian acara untuk menyambut pesta sepak bola dunia yang untuk pertama kali digelar di benua Afrika itu.
"Delegasi Indonesia diwakili oleh cabang pencak silat yang kebetulan berasal dari perguruan yang berafiliasi dengan Al Azhar di Jakarta," kata Sariat, yang memimpin rombongan bersama pelatih Priharjono dan Alwi itu.
Kedatangan rombongan silat tersebut cukup menarik perhatian warga Pretoria yang datang ke Burger Park, sebuah taman seluas sekitar dua hektare di Kota Pretoria tersebut.
Pencak silat hampir tidak dikenal oleh masyarakat umum di Afrika Selatan, kecuali masyarakat keturunan Melayu yang beragama Islam.
Meski belum mengenal pencak silat, tampak masyarakat Kota Pretoria, terutama kaum muda, sangat menikmati berbagai atraksi yang ditampilkan, di antaranya perkelahian dengan menggunakan golok.
Sekitar 1.000 penonton yang mengelilingi arena pertunjukan, tampak tidak beranjak sampai atraksi yang berlangsung sekitar tiga puluh menit tersebut benar-benar tuntas.
"Kita memang sengaja memilih musik pengiring dengan irama yang cepat, disesuaikan dengan karakter orang sini yang sangat dinamis. Kalau kita tampilkan gendang pencak, mungkin penonton bisa bosan," kata pelatih Priharjono, yang akrab disapa dengan nama Kak Jojo oleh muridnya.
Menurut Jojo, saat ini terdapat sekitar 250 pesilat yang tersebar di seluruh Afrika Selatan dan jumlah tersebut diharapkan terus bertambah dalam waktu dekat.
"Bulan September mendatang, untuk pertama kali akan digelar kejuaraan silat Ambassador Cup. Dari situ kita berharap masyarakat Afrika Selatan mulai mengenal apa itu olah raga bela diri silat," kata Jojo yang baru enam bulan menjadi pelatih di Sekolah Muslim Bosmont, Johannesburg.
(T.U002/F005/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010