Zuma juga menantang kepada siapa pun yang meragukan kemampuan Afrika Selatan untuk menyelenggarakan kegiatan olahraga yang disaksikan oleh masyarakat dunia , seraya mengatakan tontonan itu merupakan perayaan bagi negara-negara Afrika yang telah membantu memerangi Pemerintahan Apartheid.
"Setelah beberapa tahun merencanakan dan bekerja keras, kita malam ini dapat merayakan jalan panjang yang telah kita tempuh bersama-sama dalam mempersiapkan perhelatan Piala Dunia untuk pertama kalinya bagi Bangsa Afrika," kata Zuma dalam pidato yang disiapkan untuk jamuan Piala Dunia.
"Afrika Selatan akan bangkit dan tidak akan pernah sama lagi sesudah Piala Dunia usai," katanya.
Ia mengatakan investasi yang besar untuk infrastuktur, yakni pembangunan beberapa stadion dengan konstruksi bertaraf dunia dan berhasil membangun jalan-jalan besar, akan membantu posisi Afrika sebagai negara yang memiliki daya tarik untuk negara lain berinvestasi dan berbisnis.
Pembangunan infrastruktur akan berlanjut sebagai bagian dari warisan Piala Dunia untuk memberi keuntungan pada semua warga Afrika Selatan selama beberapa tahun untuk datang dan memperbolehkan semua warga negara untuk memperbaiki akses dan infrastruktur.
"Setelah pertandingan usai, kita harus yakin melalui program pembangunan efektif, bahwa sepakbola menjadi pemersatu dan olahraga yang penuh arti untuk bangsa kita sebagai bagian dari warisan Paiala Dunia," kata Zuma menambahkan.
Ketika menanggapi pernyataan pimpinan Afrika Selatan itu, Presiden FFA Sepp Blatter mengatakan turnamen ini akan memberi insprasi kepercayaan di Afrika Selatan dan benua lainnya.
"Saya yakin itu akan menjadi Piala Dunia terbesar dalam sejarah," kata Blatter.
Demam Piala Dunia telah mencekeram Afrika Selatan selama empat hari sebelum turnamen berlangsung, karena beberapa perusahaan lokal mengharapkan memberi waktu libur pada para pekerjanya selama negara ini menjadi tuan rumah petandingan.
"Tantangan bagi pegawai untuk meyakinkan bahwa ada beberapa produktivitas pekerjaan pada bulan ini," kata Zuma.(ANT/A038)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010