Jakarta (ANTARA) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan teknologi formulasi pakan buatan untuk abalon dan lobster untuk mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup biota budi daya.

"Dalam budi daya, pakan merupakan salah satu komponen penting untuk menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup biota budi daya. Namun, kendala yang sering dihadapi oleh masyarakat pembudi daya terkait pakan adalah rendahnya laju pertumbuhan dan tingginya tingkat kematian biota budi daya," kata Kepala Balai Bio Industri Laut (BBIL) LIPI Ratih Pangestuti dalam webinar "Imbuhan Pakan/Feed additive dalam Akuakultur" yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Menurut Ratih, kematian biota budi daya meningkat akibat penyakit maupun kekurangan nutrisi bagi pertumbuhan dan ketahanan tubuh biota.

Oleh karena itu, Ratih mengatakan teknologi formulasi pakan buatan dan imbuhan pakan menjadi perhatian tim peneliti untuk meningkatkan ketahanan biota terhadap penyakit, perubahan lingkungan, maupun kandungan nutrisinya.

"Sekaligus dapat memenuhi minat masyarakat pembudi daya terkait pengetahuan dan informasi pakan buatan dan kebutuhan nutrisi biota hingga dapat terpenuhi," tutur Ratih.

Salah satu teknologi pakan buatan untuk biota budi daya yang sudah dikuasai oleh BBIL LIPI adalah teknologi formulasi pakan buatan untuk pakan abalon atau yang juga dikenal dengan siput mata tujuh dan moist pellet dengan kandungan spirulina untuk pakan lobster.

Ratih mengatakan studi formulasi pakan buatan untuk siput mata tujuh dimulai pada 2009, sedangkan untuk lobster pada 2014.

Penelitian dan pengembangan kualitas pada kandungan pakan buatan dan imbuhan pakan Feed additive pada biota abalon, ikan, dan teripang telah diinisiasi sejak 2017.

Sementara itu peneliti Balai Bio Industri Laut LIPI Asep Ridwanudin menuturkan dari temuan studi salah satu kandungan formulasi pakan buatan, yaitu penggunaan nukleotida dan Feed additive.

Nukleotida merupakan salah satu unsur penting atau bahan tambahan (imbuhan pakan) yang digunakan dalam formulasi pakan buatan, seperti vitamin, glucan, probiotik, fitobiotik dan asam organik.

Pada kegiatan budi daya biota, nukleotida ditambahkan ke dalam pakan dalam bentuk inosin monofosfat (IMP), adenosin monofosfat (AMP), guanosin monofosfat (GMP), uridin monofosfat (UMP), sitidin monofosfat (CMP).

Menurut Asep, ada dua peran dari nukleotida. Pertama, nukleotida berfungsi sebagai feeding attractant untuk meningkatkan asupan pakan atau feed intake untuk meningkatkan pertumbuhan biota budi daya. Kedua, nukleotida sebagai immune-stimulant dengan cara meningkatkan beberapa parameter respons imun atau daya tahan tubuh di dalam biota.

"Perannya dapat meningkatkan daya tahan terhadap bakteri atau penyakit maupun terhadap perubahan lingkungan," ujar Asep.

Selain kedua peran tersebut, nukleotida diketahui memiliki peran di dalam proses biosintesis asam lemak rantai panjang tak jenuh atau long-chain polyunsaturated fatty acids (LC-PUFA).

"Caranya dengan mengonversi rantai pendek asam lemak menjadi rantai panjangnya," tuturnya.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021