London (ANTARA News) - Dua pria saling berhadapan di tengah lapangan dan mereka tahu bahwa satu tendangan saja di depan lebih dari 700 juta pemirsa yang menonton akan menentukan nasib tim.
Seperti itulah gambaran drama adu penalti di Piala Dunia dan ada ada kemungkinan lebih dari 50 persen bahwa pemenang Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan akan menyelesaikan perlawanan tim negara lain melalui adu penalti.
Beberapa pemain papan atas dunia bisa terlihat gugup jika berada di bawah tekanan harus berhasil mengeksekusi penalti dan ditonton oleh ribuan suporternya di seluruh dunia. Ditambah lagi ada bisikan "bagaimana jika ...?"
Dicemooh sebagai aksi judi oleh para kritikus, adu penalti hingga saat ini memang masih dianggap sebagai tes akhir untuk menentukan hasil akhir permainan. Meskipun ada kekurangan, sistem ini memberikan tampilan yang kompulsif.
Seperti diberitakan Reuters, momen adu penalti bisa membuat seorang pemain menjadi pahlawan atau luka bagi negaranya.
"Hal itu mempengaruhi saya selama bertahun-tahun," kata Roberto Baggio, penyerang Italia dan merupakan salah satu pemain berpenampilan terbaik di Piala Dunia 1994 hingga akhirnya dia gagal mengeksekusi tendangan penalti ke gawang Brasil dan membuat Italia tersingkir.
"Kejadian itu adalah saat terburuk dalam karir saya. Sampai sekarang saya masih sering bermimpi tentang pertandingan itu. Jika saya bisa menghapus kenangan masa lalu, saya pasti akan menunjuk momen yang itu," kata Baggio.
Pemain Inggris Stuart Pearce juga memiliki pengalaman serupa dengan Baggio setelah gagal mengeksekusi penalti di pertandingan semi-final melawan Jerman dan membuat Inggris tersingkir dari Piala Dunia 1990.
"Duniku seakan runtuh. Momen setelah gagal menembak dan berjalan ke tengah lapangan adalah mimpi buruk bagi saya. Saya bahkan meneteskan air mata," kata Pearce beberapa tahun kemudian.
Empat dari lima negara pemenang Piala Dunia terakhir harus melewati babak adu penalti termasuk Italia dan Brasil di partai final tahun 2006 dan 1994.
Adu penalti diperkenalkan di Piala Dunia tahun 1982 untuk memutuskan pemenang pertandingan jika kedudukan masih imbang hingga penghabisan babak perpanjangan waktu. Sejak itu, ada 20 pertandingan yang berakhir dengan adu penalti.
Lima pemain dari masing-masing tim yang bertanding mengeksekusi tendangan. Hingga kini ada sekitar 56 dari total 186 tembakan penalti yang tidak berhasil membuahkan gol.
Pertamakali
Jerman telah terbukti menampilkan permainan terbaiknya dengan selalu memenangkan empat kali pertandingan Piala Dunia lewat adu penalti.
Tapi sebenarnya negara inilah yang pertamakali tidak berhasil mengeksekusi bola di babak adu penalti. Bek Jerman Uli Stielike gagal dalam adu penalti di Piala Dunia Spanyol 28 tahun lalu, namun beruntung timnya masih bisa melaju hingga semi-final.
Sejak itu tidak ada satu pun pemain Jerman yang gagal mencetak gol di babak adu penalti. Pemain Jerman keluar sebagai juaranya tembakan penalti dengan rekor 94 persen kesuksesan.
Sebaliknya, Inggris justru kalah di tiga pertandingan Piala Dunia karena gagal di babak adu penalti. Tim Inggris gagal sebanyak tujuh kali dari 14 tendangan di babak adu penalti yang pernah dilaluinya.
Swiss, Meksiko, Rumania, dan Belanda belum pernah menang dalam adu penalti, sementara juara favorit tahun ini Spanyol nampaknya harus meningkatkan catatan mereka yakni satu kali menang dari tiga pertandingan lewat adu penalti.
"Sistem ini mungkin tidak sepenuhnya mewakili siapa yang terbaik dalam pertandingan, tapi adu penalti adalah semacam uji kemampuan tim yang berada di bawah tekanan. Beberapa negara telah terbukti sukses melakukannya,"kata Matt Pain, peneliti psikologi sepak bola dari Universitas Loughborough di Inggris.
"Ini jelas bukan lotre karena statistik menunjukkan bagaimana pemain Jerman banyak mencetak angka sedangkan pemain Inggris dan Belanda kurang berhasil jika menghadapi babak ini," kata Pain.
Para pelatih yang membawa timnya ke Afrika Selatan akan menghabiskan banyak waktu untuk melakukan penelitian dan mencoba untuk meningkatkan peluang keberhasilan mereka jika menghadapi babak adu penalti nanti. Mereka juga didukung oleh ilmu pengetahuan olahraga dan ahli psikologi yang telah menghabiskan ratusan jam untuk mempelajari seni ini.
Enam puluh persen dari pertandingan adu penalti dimenangkan oleh tim yang pertama kali mengeksekusi penalti, jadi kapten yang memenangkan lemparan koin bisa mengambil keuntungan.
Dari sini, semua menjadi lebih teknis, tetapi para ahli mengatakan kuncinya adalah mengendalikan tekanan.
"Adu penalti adalah sebuah permainan psikologi," kata Geir Jordet, Asisten Profesor di Norwegian School of Sport Science di Oslo, yang khusus mempelajari tentang adu penalti.
"Ini bukan tentang teknik atau keterampilan, tapi tentang pemain yang merasa gugup. Kemenangan di babak adu penalti tidak ditentukan oleh gol indah atau tembakan yang spektakuler, tapi oleh satu, dua atau tiga pemain yang bisa saja gagal karena tidak mampu mengatasi tekanan," katanya.
Inggris lebih cepat
Penelitian yang dilakukan Jordet menyoroti beberapa alasan kegagalan pemain-pemain sepak bola dalam menembak di babak adu penalti.
Pemain-pemain dari Inggris, Spanyol, Italia, dan Belanda, misalnya, memiliki peringkat tinggi dalam hal status "kebintangan" pemain nasionalnya. Mereka juga menikmati kesuksesan bermain di klub
dan sangat populer di dalam negeri. Membayangkan hal ini yang memberi mereka tekanan lebih saat harus mengeksekusi bola.
Hasil penelitian Jordet menunjukkan pemain Inggris mengambil tendangan lebih cepat dari pemain negara lain yang mencerminkan keinginan mereka untuk buru-buru menyelesaikan pertandingan.
Pendekatan klinis Jerman lain lagi ceritanya. Konon Jerman memiliki "database" lebih dari 10.000 penalti dan penjaga gawang Jens Lehmann pernah terlihat sedang mempelajari lembaran kertas yang dimasukkan ke kaus kakinya saat adu penalti di babak perempat final Piala Dunia 2006 lalu.
Dalam perjalanan turnamen tahun ini, semua tim teratas akan mempraktekkan teknik mereka dari titik penalti.
"Anda tidak dapat meniru emosi yang sama dengan ketika sedang menghadapi adu penalti yang sebenarnya. Seperti yang pernah dikatakan Tiger Woods, anda bisa melatih kemampuan untuk menciptakan kesempatan jika mendapat tekanan dalam pertandingan,"kata Pain.
Pemain-pemain Inggris, Swiss, Belanda dan Meksiko di Piala Dunia 2010 ini paling tidak berharap jika mereka menghadapi babak adu penalti lagi, mereka bisa membayar lunas kesalahan mereka di tahun-tahun yang lalu.
Italia pernah melakukannya empat tahun lalu di Jerman saat mengalahkan Prancis di final lewat adu penalti. Saat itu, tiga pemain Prancis tidak mampu mengeksekusi bola.
Mungkin Baggio lah inspirasi tim Itali di tahun 2006. Pemain ini pernah gagal di adu penalti Piala Dunia 1994 namun akhirnya dia bermain lagi empat tahun kemudian di Prancis dan membuat gol di babak adu penalti. Sayangnya Italia tetap kalah dalam pertandingan itu.(A051/I015)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010