Athena (ANTARA News) - Yunani memasuki Piala Dunia kedua mereka dan berusaha untuk tidak mengulang pengalaman pertama mereka di Amerika Serikat (AS) 1994 yang berakhiramburadul.
Di AS 1994, Yunani menelan tiga kekalahan di fase grup dari Nigeria, Argentina, dan Bulgaria serta kebobolan sepuluh gol.
Tampil menggunakan formasi 4-4-2 Yunani justru kelihatan konyol setelah dibantai dengan masing-masing empat gol di dua laga pertama dan dua gol di laga ketiga.
Setelah 16 tahun berlalu, Yunani sekarang kembali ke Piala Dunia dan kembali bersua dengan Argentina serta Nigeria di grup B. Korea selatan menjadi satu-satunya lawan baru.
Tetapi perbedaan yang mencolok adalah mereka bukan lagi anak kemarin sore.
Mengejutkan dunia setelah menujuarai Piala Eropa 2004, Yunani telah berhasil lolos ke tiga dari empat turnamen utama dunia di bawah kepemimpinan pelatih gaek berusia 71 tahun, Otto Rehhagel.
Para veteran 2004 seperti Kostas Katsouranis dan Giorgos Karagounis digerakan oleh harapan untuk menghiasi karir mereka dengan kesuksesan di Piala Dunia.
Bagi para pemain muda seperti Sotiris Ninis dan Sokratis Papastathopoulos itu adalah kesempatan untuk menunjukan kemampuan mereka di atas panggung yang sebelumnya hanya bisa mereka impi-impikan.
"Tujuan kami adalah untuk menunjukan penampilan yang apik di Afrika Selatan," kata Ninis yang bermain sebagai pengatur serangan.
"Jika kami bisa meraih hasil bagus di laga pertama atau di laga kedua maka pintu akan terbuka," katanya juga.
Skuad yang dimiliki Rehhagel sekarang tidak diragukan lagi adalah yang terbaik yang pernah dimiliki pelatih asal Jerman itu.
Barisan pertahanan telah terbangun kembali setelah dua tahun dengan kehadiran dua 'menara kembar' baru dalam diri Papastathopoulos dan Vangelis Moras.
Lapangan tengah diisi oleh Karagounis, Katsouranis, dan Ninis, tiga pemain penuh talenta sementara di lini depan dipertajam oleh Fanis Gekas, pencetak gol terbanyak fase kualifikasi Piala Dunia di seluruh zona Eropa.
Tembus ke babak 16 besar merupakan harapan yang tak terelakan dari negeri para dewa itu tetapi mengenyampingkan Yunani terlalu dini terbukti membawa malapetaka. (Ber/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010