Orange Farm, Afrika Selatan (ANTARA News) - Di kota berdebu sebelah selatan Johannesburg, ratusan anak nampak antusias bermain sepakbola dalam sebuah turnamen yang dirancang oleh sebuah organisasi non-pemerintah.
Berbeda dengan ribuan teman mereka di seantero negeri yang menendang bola di tanah lapang biasa, anak-anak yang mengikuti turnamen ini bermain di stadion dan memakai baju bola lengkap dengan sepatunya.
Ternyata setelah ditanya, banyak diantara mereka yang baru merasakan memakai sepatu bola untuk pertama kalinya.
Turnamen di Orange Farm ini diadakan oleh Dreamsfield, sebuah organisasi yang didirikan oleh seorang wartawan televisi lokal bernama John Perlman.
Dia berharap kegiatan ini bisa berjalan seterusnya sebagai sebuah usaha untuk mewariskan semangat olahraga kepada anak-anak menggunakan momentum penyelenggaraan Piala Dunia di Afrika Selatan tahun ini.
Perlman memiliki visi kegiatan ini dapat diadakan secara berkelanjutan sebagai manfaat nyata dari penyelenggaraan Piala Dunia di Afrika Selatan.
Kegiatan ini sekaligus diharapkan bisa menjawab berbagai komentar miring tentang pembangunan infrastruktur untuk pertaNdingan yang mahal di tengah keadaan bangsa yang masih memiliki banyak penduduk miskin.
Perlman mulai memimpikan proyek Dreamsfield sejak Piala Dunia di Jerman pada tahun 2006 saat dia menyadari turnamen berikutnya akan diselenggarakan di negaranya yang memiliki masalah kesejahteraan.
"Saya punya perasaan bahwa akan cukup sulit untuk berpikir positif karena ada banyak hal yang rumit disini. Sebagai contoh, uang yang dihabiskan untuk pembangunan stadion. Negara ini adalah negara dengan penduduk yang berjiwa besar, namun seringkali ada kompleksitas dan paranoia," kata Perlman.
Dengan menggunakan nama besarnya, Perlman yang memanfaatkan apa ia sebut "angin sejuk" di Piala Dunia, telah menunjukkan
kejeniusannya dengan membujuk perusahaan-perusahaan besar di Afrika Selatan dan bahkan pengusaha kecil menengah dan keluarga untuk menyumbangkan uang untuk membantu menjalankan turnamen sepakbola anak-anak.
Hubungan Dibangun
Dreamfields, dengan enam orang staf saja berharap untuk mengumpulkan dana sekitar 20.000.000 rand (US$ 2,7 juta) pada akhir perhelatan Piala Dunia bulan Juli nanti.
Sejauh ini, Dreamfields sudah membantu 1.200 sekolah dengan total murid 16.000 orang di daerah pedesaan dengan menyediakan perlengkapan sepakbola. Proyek ini juga membangun 12 lapangan sepakbola dan menyelenggarakan 96 turnamen.
Pertandingan di Orange Farm hari Rabu ini juga disponsori oleh perusahaan perbankan FirstRand. Lebih dari 100 orang staf perusahaan terlihat menikmati tugas mereka menjadi pelatih bahkan hakim garis dadakan untuk 25 tim yang terdiri dari anak perempuan dan laki-laki. Para staf juga ikut membantu menyediakan makanan, minuman, musik dan piala.
FIFA sendiri sebenarnya juga melakukan kegiatan kemanusiaan bertajuk Sepakbola Untuk Harapan. Tapi proyek ini didesain lebih untuk mengajarkan tentang pelajaran hidup untuk anak-anak di banyak negara.
Proyek Perlman sedikit lebih sederhana dari FIFA. Dengan ide awal yang didasarkan pada usaha penyediaan buku untuk perpustakaan sekolah yang dirintisnya, Perlman membatasi kegiatan organisasi untuk menyelenggarakan turnamen sepakbola anak-anak saja.
Selain turnamen sepakbola, Dreamfields juga mengadakan proyek-proyek lain seperti kampanye memerangi kejahatan dan obat-obatan atau membantu negosiasi antara penduduk desa dan pengembang stadion Piala Dunia 2010 untuk mencegah sengketa tanah.
Dreamfields juga menyediakan tas "Dreambags" dan bola yang dibagikan untuk 15 anak-anak di tiap sekolah.
"Ruang gerak kami sempit, tapi saya pikir Dreamfields sudah membuat perbedaan dengan kegiatan-kegiatannya, "kata Perlman, yang masih membawakan sebuah program radio lokal empat kali dalam seminggu.
"Kami selalu mulai dari pemikiran bahwa olahraga adalah hak semua manusia," kata Perlman.
Sementara itu, Katleho Selepe umur 12 tahun yang dalam turnamen Orange Farm bermin sebagai kiper menyatakan "Kami sangat gembira dan sedang mencoba bermain sebagai sebuah tim di turnamen ini. Ajang ini memjauhkan kami dari kehidupan jalan dan melakukan hal-hal buruk,"katanya.
Peluang Lebih
Mduduzi Efraim, staf bank sekaligus pelatih sepakbola dadakan untuk tim anak perempuan di turnamen Orange Farm mengatakan Dreamfields membuat anak-anak dapat mewujudkan impian mereka dan
aktif dalam olahraga. Ini bisa menjauhkan mereka dari kehidupan jalanan.
Sementara itu, penyerang Tshidiso Matshwisa (11) ketika diwawancara mengatakan hari ini adalah kali pertama dia memakai sepatu bola.
"Ukuran sepatunya pas di kaki saya. Saya sangat senang karena saya memang bercita-cita ingin menjadi pemain sepak bola ketika dewasa nanti. Kemampuan saya pasti akan jauh lebih baik dengan mengikuti turnamen ini," katanya.
Salah satu manajer tim putra yang juga seorang analis perbankan, Judith Meyer (21), juga mengungkapkan kegembiraannya. "Ini sangat berbeda di sini karena Anda adalah bagian tim dan Anda mengetahui anak laki-laki dan perempuan ini. Anda merasa seperti yang Anda lakukan lebih dari sekedar sukarela untuk kegiatan amal," katanya.
Rekan Judith, Koketso Dioka yang pada pertandingan Orange Farm bertindak sebagai penjaga garis untuk permainan anak laki-laki mengatakan: "Dulu saya bermain tanpa sepatu sepak bola dan fasilitas lengkap. Sepatu kami terlalu berat sehingga kami harus bermain tanpa alas kaki. Bayangkan di mana semua orang akan berada jika mereka tidak di sini. Bisa-bisa mereka melakukan hal buruk di jalanan."
Sementara itu, Perlman menyatakan ada peluang untuk pengusaha kecil menengah di Afrika Selatan untuk ikut serta dalam kegiatan seputar Piala Dunia.
"Hal yang harus dipikirkan adalah sejauh mana orang merasa bahwa mereka adalah bagian dari penyelenggaraan Piala Dunia ini. Disinilah saya dengan proyek Dreamfields telah membuat kontribusi yang besar," katanya.
Dia mengakui tantangan besar berikutnya adalah mempertahankan proyek ini setelah momentum Piala Dunia berlalu.
"Jika Anda hanya bermain saat sirkus datang ke kota dan analoginya Anda hanya akan bekerja karena pejabat FIFA datang ke negara Anda, Anda tidak akan mendapatkan apa-apa dari itu. Semua harus dibuat berkelanjutan," katanya.
(A051/A0032)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010