Paris (ANTARA News/AFP) - Terlahir dari pasangan imigran Aljazair di Marseille, Prancis, Zinedine Zidane tumbuh menjadi pesepak bola terbaik sejak era Michel Platini sekaligus idola baru Prancis di abad 21.
Terkenal sebagai gelandang flamboyan, Zidane menikmati kesuksesan di liga Perancis, Italia dan Spanyol. Tapi prestasinya yang paling diingat adalah ketika membela Prancis di Piala Dunia 1998 dan Jerman 2006. Dalam dua turnamen ini, karir Zidane mencapai titik tertingginya.
"Secara teknis, saya pikir dia adalah raja dari dua hal yang penting dalam sepakbola - kontrol bola dan operan. Belum ada yang menyamainya dalam dua hal itu," kata Platini mengomentari penampilan Zidane selama kariernya.
Penampilan Piala Dunia pertama Zidane tahun 1998 di mana Prancis menjadi tuan rumahnya awalnya kurang berjalan mulus. Zidane diusir wasit saat pertandingan melawan Arab Saudi yang akhirnya dimenangi Prancis. Hal ini membuatnya tidak bisa ikut bertanding melawan Paraguay.
Namun, suami dari Aime Jacquet ini mulai menunjukkan permainan terbaiknya saat Perancis mengalahkan Italia lewat adu penalti. Dia juga berjasa ketika tim ayam jantan menang melawan Kroasia 2-1 di semi-final dan akhirnya merebut Piala Dunia 1998 setelah mengalahkan Brasil 3-0.
Zidane tampil luar biasa saat final melawan Brasil. Dia meliuk membawa bola kearah kotak penalti untuk kemudian menyarangkan dua gol di babak pertama.
Saat penggemar Prancis merayakan pesta kemenangan di Champs-Elysees, Paris, wajah Zidane lah yang diproyeksikan ke Arc de Triomphe dan memukau orang-orang yang hadir di sana. Sebuah ikon nasional lahir.
Sempat menjadi gelandang Juventus setelah Piala Dunia 1998 berakhir, Zidane adalah bintang di Piala Eropa 2000 di Belgia dan Belanda. Kecerdikannya mengatur permainan membuat Prancis berhasil merebut Piala Eropa tahun itu.
Saat bintangnya sedang bersinar, Zidane pindah ke Real Madrid dengan rekor transfer fantastis 75-juta-euro. Uang yang dikeluarkan Madrid rupanya tidak sia-sia, Zidane mempersembahkan gelar juara Liga Eropa untuk klubnya itu dengan tembakan kaki kiri mengesankan melawan Bayer Leverkusen pada Mei 2002.
Namun, Piala Dunia 2002 menjadi turnamen bencana bagi Zidane maupun timnas Prancis.
Dia menderita cedera paha sehingga harus melewatkan dua pertandingan termasuk kekalahan mengejutkan 1-0 Prancis dari Senegal. Penampilannya dalam pertandingan Perancis versus Denmark juga tidak bisa membuat timnas memetik kemenangan. Prancis kalah 2-0 dan harus tersingkir dari perebutan Piala Dunia 2002 tanpa mencetak satu gol pun.
Ia mengumumkan pengunduran diri dari sepakbola internasional tahun 2004, tetapi dipanggil lagi oleh pelatih Raymond Domenech untuk membela Prancis di Piala Dunia 2006.
Kala itu Prancis tertatih-tatih mengumpulkan angka dalam grup. Tapi tiba-tiba mereka menemukan kembali permainan terbaiknya saat melawan Spanyol di babak perdelapan final. Saat itu Zidane ikut andil dalam kemenangan 3-1 timnya atas Spanyol.
Permainan sang penyihir botak bersinar lebih terang lagi saat di perempat final Prancis mengalahkan Brasil. Zidane membuat malu lini tengah Brasil dengan kontrol bola rapinya dan sukses mengoper bola ke Thierry Henry yang kemudian mencetak gol kemenangan. Zidane juga sukses mengeksekusi tendangan penalti yang menyingkirkan Portugal di semi-final.
Di final melawan Italia, Zidane membuat Perancis memimpin lebih awal dengan gol yang diciptakannya dari titik penalti. Italia segera menyamakan kedudukan dan di waktu tambahan, muncullah suatu momen yang tidak disangka-sangka.
Ketika permainan sepertinya akan berlanjut ke adu penalti, Zidane dan pemain belakang Italia Marco Materazzi terlibat adu mulut di tepi area penalti Italia. Zidane terlihat menandukkan kepalanya ke dada pemain Inter Milan.
Wasit yang melihat hal itu langsung mengganjar Zidane dengan kartu merah dan mengusirnya keluar lapangan. Akhirnya Italia memenangkan pertandingan aud penalti dan merebut Piala Dunia yang delapan tahun lalu pernah digenggam erat Zidane di tangannya. Final Piala Dunia 2006 adalah kali terakhir Zidane bermain di lapangan sepak bola. (A051/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010