Pesan tersebut, kata Lavrov, telah disampaikan kepada pemimpin militer Myanmar yang merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih dalam kudeta pada 1 Februari.
“Dalam kontak kami dengan para pemimpin militer Myanmar, kami mendukung posisi ASEAN yang menurut pandangan kami harus dipertimbangkan sebagai dasar untuk menyelesaikan krisis ini dan membawa situasi kembali normal,” ujar Lavrov saat menyampaikan pernyataan pers secara daring usai bertemu dengan Menlu RI Retno Marsudi di Jakarta, Selasa.
Dalam kunjungannya di Jakarta, Lavrov juga akan mengadakan pembicaraan virtual dengan para menlu ASEAN.
“Saya telah meminta Rusia untuk mendukung implementasi konsensus lima poin (ASEAN),” tutur Menlu Retno Marsudi.
Menurut Retno, komitmen dari militer Myanmar sangat diperlukan untuk dapat bekerja sama dengan negara anggota ASEAN lainnya untuk menindaklanjuti konsensus tersebut.
Konsensus yang disepakati pada pertemuan para pemimpin ASEAN di Jakarta, April lalu, menyerukan dialog antara semua pihak, penunjukan utusan khusus, dibukanya akses kemanusiaan, serta diakhirinya kekerasan.
Namun, hingga saat ini, implementasi dari posisi ASEAN tersebut berjalan sangat lambat di antaranya karena keengganan dari junta Myanmar untuk menerapkan poin-poin konsensus serta perbedaan pendapat di antara anggota ASEAN tentang penunjukan utusan khusus yang akan mengunjungi Myanmar.
Bulan lalu, pemimpin militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing berkunjung ke Moskow, di mana dia memberikan pidato dan melayani wawancara media.
Myanmar dan Rusia memiliki hubungan yang kuat dalam bidang pengadaan senjata serta pelatihan militer.
Baca juga: Rusia-Myanmar perkuat hubungan militer saat kunjungan junta
Baca juga: Rusia dukung respon ASEAN terkait situasi di Myanmar
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Suharto
Copyright © ANTARA 2021