Penelitian itu, yang dinamai "Sars-Cov-2 B.1.617.2 Deltavariant Emergence and Vaccine Breakthrough: Collaborative Study", juga menemukan bahwa varian tersebut memiliki kapasitas yang jauh lebih tinggi untuk menginfeksi orang lebih banyak.
Studi kolaboratif India itu dilakukan bersama dengan ilmuwan dari Cambridge Institute of Therapeutic Immunology and Infectious Disease (CITIID).
"Varian Delta B16172 tidak hanya mendominasi infeksi terobosan vaksin dengan viral load pernapasan yang lebih tinggi dibanding infeksi non delta, namun juga menghasilkan penularan yang lebih luas di antara petugas kesehatan yang divaksin lengkap, dibandingkan dengan varian lainnya B117 (varian Alpha) atau B16171 (varian Kappa)," menurut temuan studi tersebut.
Riset itu mengungkapkan bahwa varian Delta kurang peka terhadap antibodi penetral dari penyintas, dengan "efisiensi replikasi yang lebih tinggi" dibandingkan varian Alpha.
Sumber: Xinhua
Baca juga: India klaim Covaxin 93,4 persen ampuh lawan COVID parah
Baca juga: Badan Kesehatan Inggris: Dua suntikan COVID efektif lawan varian India
Usia muda harus waspada penyebaran varian Delta
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021