London (ANTARA News) - Pelatih Pantai Gading, Sven-Goran Eriksson mengatakan ia menikmati kesempatan berhadapan dengan Portugal di Piala Dunia Afrika Selatan (Afsel) 2010, tetapi bukan berarti ingin balas dendam kepada seteru lamanya itu.

Eriksson memang pernah dua kali menelan pil pahit dari Portugal ketika sedang melatih tim Inggris, pertama ketika disingkirkan di babak perempat final Piala Eropa 2004 dan kedua di Piala Dunia Jerman 2006.

Di Grup G, Pantai Gading akan memulai perjalanan mereka melawan Portugal, lalu Brazil, dan terakhir Korea Utara. Eriksson mengakui laga pertama itu akan sangat penting dan ia berusaha tidak mengenang kembali masa-masa bersama Inggris dahulu.

"Di atas kertas, Brazil diunggulkan untuk menjuarai grup dan di posisi kedua bisa saja kami, Portugal, atau Korea Selatan," kata Eriksoon kepada Press Association Sport seperti dikutip espnstar.com.

"Tetapi itu hanya di atas kertas," timpal pria Swedia itu kemudian.

"Pertandingan pertama kami sangat penting. Tidak ada aroma balas dendam dan kali ini tidak akan ada adu pinalti," ucap mantan pelatih klub Lazio, Italia itu.

Terjebak di grup yang disebut Grup Maut itu, Eriksson telah menetapkan target menembus perempat final dan gagal di fase group sama sekali bukan pilihan.

"Berada dalam grup seperti itu, lolos adalah sebuah kesuksesan. Jika kami bisa meraih perempat final saya kita semua orang harus melihat ini sebagai sebuah keberhasilan luar biasa dari sebuah tim Afrika bagi Pantai Gading. Itu adalah target pertama kami," tegas Erikson.

"Saya tidak yakin jika berakhir di posisi tiga (grup) dinilai sebagai sebuah kegagalan tetapi saya belum berpikir tentang itu. Kami harus bekerja, percaya kami bisa melewati fase grup dan melangkah lebih jauh," papar pelatih berumur 62 tahun itu.

Eriksson meninggalkan Inggris di akhir Piala Dunia 2006 karena asosiasi sepak bola Inggris (FA) tidak memperpanjang kontraknya.
(Ber/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010