Manila (ANTARA) - Pihak berwenang Filipina telah mengambil kotak hitam dari sebuah pesawat Angkatan Udara yang jatuh pada akhir pekan lalu, menewaskan lebih dari 50 orang, kata Kepala Militer Cirilito Sobejana kepada Reuters, Selasa.
Pilot yang memegang komando dan memiliki pengalaman beberapa tahun menerbangkan pesawat C-130, termasuk di antara mereka yang tewas dalam kecelakaan di pulau Jolo, kata Sobejana melalui telepon.
Panglima militer mengatakan, sebuah kotak hitam telah diambil pada Senin dan seharusnya memungkinkan para penyelidik untuk mendengarkan percakapan para pilot dan kru sebelum pesawat itu jatuh.
"Saya berbicara dengan para penyintas dan mereka mengatakan pesawat memantul dua hingga tiga kali dan zig-zag. Pilot mencoba memulihkan tenaga karena ingin mengangkat pesawat tapi terlambat. Sayap kanan menabrak pohon," katanya.
Sobejana mengatakan tidak ada yang melompat dari pesawat sebelum jatuh. Ada laporan sebelumnya dari saksi bahwa beberapa penumpang telah mencoba melompat ke tempat yang aman sebelum pesawat menabrak tanah.
Dia mengatakan bagian depan pesawat terbelah dan beberapa tentara memanfaatkan celah itu untuk menyelamatkan diri. Tetapi mereka yang tidak sadar tidak bisa keluar dan pesawat terbakar.
Pesawat angkut Lockheed C-130 yang membawa pasukan menuju operasi kontra-pemberontakan di Filipina selatan jatuh dengan 96 penumpang.
Korban tewas bertambah pada Senin menjadi 52, termasuk tiga warga sipil di darat, setelah dua dari 49 tentara yang terluka dalam kecelakaan itu meninggal karena luka-luka mereka, kata kementerian pertahanan.
Juru bicara militer Edgard Arevalo mengatakan pesawat itu dalam "kondisi sangat baik" dan memiliki 11.000 jam terbang tersisa sebelum pemeliharaan berikutnya dijadwalkan.
Sumber : Reuters
Baca juga: Korban tewas kecelakaan pesawat militer di Filipina bertambah jadi 29
Baca juga: Pesawat militer Filipina jatuh, 17 orang dilaporkan tewas
Baca juga: Pesawat militer AS jatuh di laut Filipina, tiga orang hilang
Penerjemah: Azis Kurmala
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021