Korea Utara mengejutkan banyak pihak saat berhasil lolos ke putaran final Piala Dunia 2010. Mereka menggenggam peluang yang sangat besar untuk menjadi salah satu wakil Asia di Afrika Selatan.
Korea Utara menghidupkan kembali reputasi lama mereka sebagai kejutan dari Asia. Keikutsertaannya pada Piala Dunia 2010 menandai kembalinya mereka ke medan sepakbola internasional setelah pernah pernah tampil di Piala Dunia Inggris 1966.
Saat itu Korea Utara berhasil mengalahkan Italia 1-0 untuk melaju ke perempatfinal, namun dikalahkan Portugal 3-5 dan tersingkir.
Setelah hampir 30 tahun vakum, sepakbola Korea Utara bangkit. Tim sepakbola wanita negara itu telah lebih dulu unjuk gigi di ajang internasional.
Tim sepak bola Korea Utara gagal tampil di Jerman 2006 sebelum akhirnya lolos tahun ini.
Korea Utara menempuh perjalanan yang melelahkan untuk mencapai Afrika Selatan. Mereka harus melalui 16 pertandingan dalam 20 bulan.
Mereka menang mudah saat menghadapi Mongolia pada putaran pertama babak penyisihan, lalu menang tanpa lawan di putaran ketiga karena menjadi salah satu pemenang putaran pertama dengan 11 pringkat tertinggi.
Kemudian menduduki pringkat dua grup di belakang tetangga mereka Korea Selatan, dan lolos ke Afrika Selatan.
Mengalahkan Uni Emirat Arab 2-1, menahan imbang "saudaranya" Korea Selatan 1-1, kemudian menelan kekalahan 1-2 dari Iran, Korea Utara akhirnya bangkit untuk melibas Arab Saudi 1-0.
Setelah sempat kalah 1-0 dari Korea Selatan, mereka berhasil menahan imbang Iran untuk menduduki posisi dua grup. Tiket ke Afrika Selatan pun diraih berkat hasil imbang melawan Arab Saudi.
Tim yang duapertiga kekuatannya dihuni para pemain liga domestik dan diasuh pelatih Kim Jong Hun itu, mengandalkan Hong Yong-Jo yang bermain di liga Rusia bersama FC Rostov. Penyerang berusia 27 tahun ini adalah penyerang yang mematikan.
Dia akan ditemani Jong Tae Se yang bermain di liga Jepang. Jong memiliki kekuatan dan kemampuan merusak pertahanan lawan.
Sementara gelandang yang bermain di liga domestik Mun In-Guk adalah orang yang akan meghidupkan tim.
Di bawah mistar gawang, ada Ri Myong-Guk yang kemampuan dan kelincahannya tak diragukan lagi.
Saat Korea Utara menorehkan sejarah di Inggris tahun 1966, Kim si pelatih baru berusia sepuluh tahun. Kini dia telah berusia 43 tahun dan mengemban tugas membawa kembali Korea Utara ke jalur prestasi seperti mereka torehkan di Piala Dunia sebelumnya.
"Adalah hasil kerja keras kami, kembali ke Piala Dunia, 44 tahun setelah kami mencapai perempatfinal di Inggris 1966. Kami mungkin bertemu lagi dengan tim-tim Eropa di Afrika Selatan 2010 dan saya harap kami bisa mengulang prestasi pendahulu kami," kata Kim.
Mengingat sebagian besar pasukannya terdiri dari pemain yang bermain di liga domestik dan kurang berpengalaman di level internasional, strategi yang dibutuhkan adalah pendekatan pragmatis dan defensif berbasis disiplin serta kerjasama tim. (*)
(neny/A038/AR09)
Editor: Imansyah
Copyright © ANTARA 2010