Kecuali jalan yang berbelit-belit ke putaran final, Argentina menuju Afrika Selatan dengan rancangan serius untuk memenangi turnamen itu untuk pertama kalinya setelah 24 tahun.
Untuk mencapai tujuan itu juara tahun 1978 dan 1986 tersebut telah menyandarkan harapan mereka pada pelatih Diego Armando Maradona, pemain yang dianggap dewa dalam perspakbolaan Argentina dan inspirasi dibalik gelar kedua mereka.
Tugasnya semakin mudah dengan fakta bahwa ia memiliki tim yang bertabur bintang, termasuk beberapa pemain yang sempat mencapai babak perempat final di Jerman 2006, ditambah Lionel Messi dan sejumlah bintang muda lainnya.
Dengan memanggil semuanya, Argentina sepertinya mempunyai semua sumber daya untuk menebus kekecewaan dan memenangkan tropi internasional pertamanya sejak Copa Amerika tahun 1993.
Argentina bekerja sangat keras untuk menembus putaran final Piala Dunia, seperti yang mereka lakukan di tahun 1985, langkah awal yang kemudian menjadi pelecut menuju juara di Meksiko 1986.
Salah satu juara Dunia itu memulai perjalanannya dibawah arahan Pelatih Alfio Basile, yang membuka jalan bagi Maradona, setelah dikalahkan Chile di laga kesepuluh dan menggeser mereka ke posisi ketiga.
Tetapi setelah beberapa kemunduran mereka akhirnya memperbaiki diri dengan kemenangan atas Peru dan Uruguay ketika kesempatan mereka kelihatannya semakin sempit.
Tim yang dijuluki La Albiceleste itu mengoleksi 28 poin dari semua pertandingan, yang merupakan pencapaian terendah mereka sejak sistem grup sepuluh negara diperkenalkan. Mereka mencatat delapan kemenangan, empat kali seri, dan enam kali kalah. Tiga diantara kekalahan itu sangat memalukan.
Setelah dikalahkan Chile, Argentina dipermalukan 6-1 di Bolivia, lalu dipermalukan Brazil dikandangnya sendiri. Kekalahan kandang mereka yang kedua dalam sejarah.
Kebangkitan anak-anak besutan Maradona itu datang belakangan ketika Martin Palermo mencetak gol secara dramatis di menit-menit terakhir melawan Peru.
Beberapa hari kemudian Argentina berhasil memastikan satu tempat di Afrika Selatan setelah menghempaskan Le Celeste Uruguay 0-1 di Montevideo.
Pemain Bintang
Sebagian besar rakyat Argentina menaruh harapan pada bakat gemilang pemain terbaik dunia Lionel Messi, 'Si Mesias'. Menerima penghargaan itu karena penampilan apik nan konsiten di klub Liga Spanyol, Barcelona, Messi justru belum bersinar dalam seragam biru putih.
'La Pulga' (Si Kutu), demikian ia juga dijuluki, diharapkan menjadi inspirasi di Afrika Selatan.
Mengimbangi Messi di lini tengah adalah sang kapten Javier Mascherano dan Juan Sebastian Veron yang sangat berpengalaman, veteran Korea-Jepang 2002.
Pelatih
Diakui oleh banyak orang sebgai pemain sepak bola terbaik yang pernah hidup di bumi, Diego Armando Maradona sekarang berkesempatan untuk mengulagi prestasinya sebagai pelatih.
Tidak basa-basi, tegas, dan pesaing yang tangguh, Maradona memiliki aura yang menjadikannya panutan ketika bermain dan diharapkan untuk membagikan pengalaman serta pengetahuannya kepada para pemain yang sangat mengaguminya.
Sebelum bekerja untuk tim nasional, pria yang dikenal dengan kostum nomor 10 itu sempat melatih klub kecil Mandiyu pada 1994 dan setahun kemudian pindah ke Racing Klub. Setelah itu ia sempat berlabuh di klub kesayangannya Boca Juniors sebagai pemain.
Setelah sembilan tahun mengundurkan diri dari sepak bola, ia akhirnya ditunjuk menjadi pengganti Basile dan mengarahkan timnya menuju putaran final Piala Dunia, jalan yang dulu berhasil ia retas.
Piala Dunia Sebelumnya:
- Argentina pernah mencapai empat partai final Piala Dunia. Mereka berhasil mengalahkan Belanda pada 1978 dan German di tahun 1986, tetapi kalah dari Uruguay di 1930 dan 1990 ditekuk Jerman.
- Penampilan La Albiceleste di Afrika Selatan merupakan yang ke 20 dan telah sepuluh kali berturut-turut.
- Maradona pernah tampil di empat putaran final piala dunia dari 1982 sampai 1994.
"Saya mengatakan kepada pemain saya bahwa pengorbanan selama 30 hari untuk bisa mencium Tropi Piala Dunia bukan apa-apa dalam hidup seorang pria. Sebuah pencapaian seperti itu laksana menyentuh langit. Saya bermain di Piala Dunia dan mencapai dua final. Saya tahu apa yang harus dikorbankan."
"Saya tahu bagaimana harus memimpin pemain dan bagaimana melatih. Saya memperoleh hak untuk berbicara tentang hal itu. Saya ke sini bukan untuk didepak pada putaran kedelapan, kesembilan, atau bahkan di putaran pertama. Saya tahu sesuatu tentang ini," tegas Maradona.
(Ber/S026)
Copyright © ANTARA 2010