Kalau kita membahas ekonomi sirkular, harus melibatkan sampai ke waste generator, yakni macam-macam mulai dari rumah tangga, perkantoran, rumah makan, kafe, hingga hotel

Jakarta (ANTARA) - Implementasi ekonomi sirkular di sebuah negara khususnya di Indonesia, membutuhkan keterlibatan berbagai pihak, salah satunya yang paling penting adalah peran dari masyarakat, kata seorang pakar ekonomi sirkular.

"Kalau kita membahas ekonomi sirkular, harus melibatkan sampai ke waste generator, yakni macam-macam mulai dari rumah tangga, perkantoran, rumah makan, kafe, hingga hotel," kata Co-Founder Octopus Moehammad Ichsan pada pelatihan jurnalis tentang ekonomi sirkular secara virtual di Jakarta, Senin.

Untuk itu, Octopus mencoba melakukan pendekatan langsung kepada rumah tangga dalam hal pengelolaan sampah, mengingat produksi karbon di rumah tangga lebih tinggi dibandingkan sektor industri lainnya.

Ichsan memaparkan konsep ekonomi sirkular yang ideal adalah dimulai dari produsen yang memproduksi aneka kebutuhan masyarakat dengan kemasan yang termasuk di dalamnya. Kemudian, produk tersebut dikonsumsi masyarakat, dan sampah kemasan dari produk tersebut dikumpulkan oleh pemulung atau pelestari, untuk kemudian dijual kepada pengepul atau bank sampah.

Dari pengepul, sampah kemudian dibawa ke pusat pengumpulan atau collection center untuk disortir dan dipisahkan menurut bagiannya masing-masing.

"Di collection center nanti ditentukan sampah ini termasuk grade A, B, C atau seterusnya sesuai peruntukan industri daur ulang yang memang sudah memiliki standar," ujar Ichsan.

Setelah diolah oleh industri daur ulang, kemudian kembali ke produsen untuk dapat digunakan lagi sebagai kemasan yang sesuai standar.

Namun, menurut Ichsan, saat ini terdapat 81 persen sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) di Indonesia yang sulit untuk didaur ulang kembali. Hal tersebut terjadi karena industri daur ulang di Indonesia memiliki standar bahan bakunya masing-masing.

"Seperti misalnya motor BPA yang kita gunakan itu tidak semudah itu dilakukan daur ulang. Karena, jika dia terkontaminasi sedikit saja, itu tidak bisa didaur ulang," tukas Ichsan

Hal tersebut, lanjut Ichsan, menjadi pekerjaan rumah semua pihak untuk dapat lebih melibatkan masyarakat dalam memilah sampah, sehingga lebih banyak sampah yang bisa didaur ulang. Terlebih, Indonesia belum memiliki data terkait berapa sampah yang dapat didaur ulang di setiap daerahnya.

"Kebiasaan masyarakat masih perlu disesuaikan. Kendalanya sekarang adalah lebih kepada behaviour change atau perubahan kebiasaan. Adapun tujuan dari program yang diusung pemerintah adalah coba menyentuh masyarakat kepada proses ekonomi sirkular yang sudah ada," pungkas Ichsan.

Baca juga: Pakar dorong penerapan ekonomi sirkular pada perusahaan bersifat wajib
Baca juga: Menperin: Ekonomi sirkular berangkat dari pengelolaan sampah plastik
Baca juga: Bappenas: Ekonomi sirkular hasilkan tambahan PDB hingga Rp642 triliun

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021