Tidak ada rasionalisasi untuk meminum air kelapa setelah divaksin, itu tidak ada hubungan sebab akibatnya
Banda Aceh (ANTARA) - Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh Dr dr Safrizal Rahman MKes SpOT menyatakan fenomena masyarakat yang meminum air kelapa muda usai menerima suntikan vaksin COVID-19 untuk menetralisir efek vaksinasi merupakan sesuatu yang tidak rasional.
“Tidak ada rasionalisasi untuk meminum air kelapa setelah divaksin, itu tidak ada hubungan sebab akibatnya,” kata Safrizal di Banda Aceh, Senin.
Fenomena minum air kelapa muda usai divaksin COVID-19 tengah marak di tengah masyarakat daerah Tanah Rencong itu. Tujuannya agar dosis vaksin yang disuntik ke dalam tubuh tidak menimbulkan efek.
Baca juga: Peserta vaksinasi COVID-19 demam usai terima AstraZeneca CTMAV 544
“Vaksin disuntikkan dalam otot kita dan air kelapa itu masuk dalam saluran cerna kita, jadi butuh waktu sekian lama untuk bertemu dalam sistem tubuh, jadi enggak ada hubungannya itu,” kata Safrizal, menjelaskan.
Di samping itu, dia menjelaskan walau bagaimanapun air kelapa muda bagus untuk tubuh, karena mengandung banyak elektrolit, dan membantu tubuh ketika kekurangan elektrolit sehingga merasa lebih sehat dan segar.
Baca juga: Efek samping pada vaksinasi COVID-19 adalah wajar
“Yang pasti adalah setelah divaksin kita istirahat, kemudian makan bergizi, barang kali kelapa muda salah satunya,” katanya.
“Air kelapa muda tidak hanya ada di Indonesia, tapi di Amerika Serikat juga ada. Jadi belum ada pembuktian penelitian yang mengarah ke sana, belum ada,” katanya, menegaskan.
Selain itu, IDI juga mengimbau agar masyarakat tidak takut untuk divaksin COVID-19. Program vaksinasi bertujuan untuk membentuk kekebalan kelompok (herd immunity) di tengah masyarakat dari serangan virus itu.
Baca juga: Disuntik vaksin, Ketua PBNU tidak rasakan efek samping
Menurut dia, vaksin COVID-19 terdiri dari beberapa merek. Di Aceh, pemerintah masih menggunakan vaksin Sinovac, terbuat dari virus yang telah dilemahkan. Dan penyuntikan vaksin dilakukan dalam dua dosis, yakni dosis pertama yang disuntik tidak ada bedanya dengan dosis kedua.
“Artinya penyuntikan dosis pertama diberikan untuk pengenalan dulu saja, dosis kedua baru merangkum semua untuk mengoptimalkan fungsinya (vaksin). Jadi tidak benar kalau dikatakan dosis pertama berbeda dengan dosis kedua,” katanya.
Selain itu, dia juga meminta masyarakat untuk menyaring informasi yang diterima tentang vaksin agar tidak terpapar berita bohong atau hoaks. Warga diminta perbanyak referensi informasi dari situs-situs resmi tentang kesehatan.
Baca juga: 14 juta lebih warga Indonesia sudah selesai jalani vaksinasi COVID-19
Baca juga: 13.770.107 warga Indonesia telah menerima vaksin dosis lengkap
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021