Peristiwa ini tak boleh berlanjut terus, pinta Suparta kepada para petugas haji di Sektor III Mekkah, Sabtu malam. Angka kematian di sektor III menempati urutan teratas dibanding sektor lainnya, dengan jumlah jemaah wafat di pemondokan sebanyak 11 orang, sedangkan sektor lainnya dibawah 9.
Sudah dua hari Irjen Kementerian Agama melakukan kunjungan ke beberapa sektor untuk memompa semangat bawahannya dalam upaya meningkatkan pelayanan haji di tanah suci. Dan terkait dengan melonjaknya angka kematian di sejumlah pemondokan, ia pun minta para petugas untuk meningkatkan koordinasi.
Ketika mengumpulkan sejumlah petugas sektor III, Suparta secara khusus minta kepada petugas kesehatan untuk bekerja optimal mengingat kematian di pondokan merupakan gambaran lemahnya koordinasi. Bahkan bisa sebagai suatu kelalaian bagi petugas kesehatan.
Manajemen cerdas harus dikedepankan yang tentu salah satunya adalah meningkatkan koordinasi. Ia pun minta semua pihak untuk berfikir tidak terkotak-kotak atau dikotomis bahwa persoalan penanganan kesehatan semata terpulang kepada dokter semata. Semua pihak harus, dalam kondisi seperti ini, harus optimal bekerja.
Suparta pun sempat menanyakan kepada dokter setempat terkait banyaknya angka kematian di pondokan. Irjen Kemenag mendapat jawaban kurang memuaskan, karena yang disajikan angka statistik kematian bukan penyebab mengapa banyak jemaah wafat.
Dalam pertemuan di atas karpet tersebut, Suparta didampingi Ka Sektor III Sultan Hamis A Gani, dokter Sucahyo dan beberapa petugas haji lainnya.
Ia menjelaskan, sejak anggaran kesehatan haji langsung dikelola Kementerian Kesehatan, dana yang difokuskan kepada bidang kesehatan haji tergolong cukup besar. Karena itu, selayaknya angka kematian dapat diminimalisir mengingat jemaah resiko tinggi (risti) sudah dideteksi sejak berada di tanah air.
Sementara itu di sektor II Mekkah, ANTARA mendapat laporan bahwa stok obat mulai menipis. Menurut dr.Zaini, permintaan obat ke Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) kerap lambat. Kalau pun kiriman obat sudah sampai, tetapi obat yang dibutuhkan kerap tak ada.
"Persediaan obat ngepas terus," Zaini menambahkan.
Suparta mengatakan pula, petugas kesehatan dewasa ini harus tetap dalam kondisi prima. Tak boleh lalai apa lagi kondisi fisik jemaah menurun pasca wukuf. Fluktuasi kesehatan jemaah tak boleh diikuti kondisi fisik para petugas kesehatan. Justru petugas kesehatan dewasa ini harus jauh lebih prima.
Untuk itulah kerja sama dan koordinasi yang dirasakakan kurang mantap hendaknya dirajut kembali. "Pahala melayani tamu Allah dalam beribadah haji jauh lebih besar dibanding lainnya," ia menjelaskan.
Terkait dengan itu pula ia pun berharap para pimpinan kesehatan dapat terjun langsung memantapkan koordinasi. Rapat para petugas kesehatan yang menjadi barang langka di tanah suci hendaknya dapat diselenggarakan.
Sebab, lanjut Suparta, pihaknya mendapat laporan bahwa rapat koordinasi kesehatan di lapisan bawah tak pernah dilakukan seperti beberapa tahun silam.
Sementara itu sampai Sabtu malam, 00.00 WAS, jemaah yang wafat di tanah suci mencapai 299 orang. Angka ini lebih tinggi jika dibanding tahun lalu pada hari yang sama, 236 orang.
Jumlah jemaah yang wafat di pemondokan mencapai 124 orang. Dibanding tahun lalu pada periode yang sama, hanya 60 orang. Angka kematian di pemondokan ini berarti naik 100 persen lebih dari tahun lalu.
Dilihat dari jenis kelamin, angka kematian untuk pria 171 orang, wanita 128 orang. Penyebab kematian adalah sistem sirkulasi 203 orang, sistem pernafasan 80 orang, penyakit infeksi dan parasit 9 orang, sistem pencernaan empat orang. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010