Mekkah (ANTARA News) - Kepala Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) dr. Subagyo minta jamaah haji Indonesia untuk banyak minum air mengingat cuaca panas masih terasa di Mekkah dan sekitarnya.
"Menghadapi cuaca yang panas ini harus banyak mengkonsumsi air," katanya di Mekkah, sehubungan banyaknya jamaah haji Indonesia yang dilarikan ke BPHI dan Rumah Sakit Saudi, Rabu.
Para petugas kelompok terbang maupun rombongan juga diimbau untuk memantau jamaahnya agar jangan sampai ada yang nekat ke luar tenda saat cuaca sangat terik. Bagi jamaah yang sudah tua, suhu udara yang mencapai 39 derajat Celcius, menurutnya, harus diwaspadai.
Apalagi, sebagian jamaah sudah kelelahan setelah perjalanan dari Muzdalifah atau tawaf dan sai di Masjidil Haram.
Selain memperbanyak minum dan mengonsumsi vitamin, ia meminta jamaah untuk selalu menutup mulut dan hidung dengan masker. Cara ini cukup efektif untuk menghambat sakit pernapasan karena di Mina banyak debu beterbangan.
"Penggunaan masker untuk mengantisipasi persebaran penyakit," katanya.
Kepala Satuan Operasional Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina) Chambali juga minta jamaah menghindari kepadatan saat melempar jumrah. Sebab kondisi tersebut sangat rawan menimbulkan kelelahan maupun kondisi-kondisi lain yang tak diinginkan lainnya.
Pihaknya terus memantau kepadatan di jamarat meski kemarin hingga besok konsentrasi jamaah tak hanya di jumrah aqabah, tetapi juga jumrah ula dan wustha.
"Kita waspadai jika ada jamaah yang tak sabar," ujar dia.
Cuaca panas di Mina saat ini dan kelelahan yang tinggi membuat banyak jamaah tak kuat. Ratusan jamaah sejak Selasa (16/11) hingga tadi malam terus memadati BPHI di Mina maupun Mekkah.
Karen terlalu banyaknya pasien, kedua lokasi ini pun akhirnya tak mampu menampung. Kondisi serupa juga terjadi di Mina Emergency Hospital yang berada di kawasan Mina.
Pada waktu-waktu afdal, ambulans rumah sakit ini hilir mudik mengangkut jamaah yang sakit maupun wafat. Sebagian jamaah Indonesia yang sakit akhirnya dirujuk ke beberapa rumah sakit (RS) di Mina maupun Mekkah.
"Jumlah pastinya belum terdata, tapi jumlahnya ratusan," ujar Kepala BPHI Mina Subagyo, Rabu.
Jamaah yang wafat selama di Mina hingga Selasa siang sudah tercatat enam orang. Mereka umumnya kelelahan saat menuju ke jamarat atau tempat melempar jumrah yang jaraknya sekitar 4 kilometer dari tenda jamaah.
Ada jamaah diketahui meninggal saat berada di tanjakan atau hanya puluhan meter dari jamarat. Suasana di jamarat pada hari pertama atau 10 Zulhijjah sangat padat. Karena pada hari itu, konsentrasi seluruh jamaah dari berbagai belahan dunia hanya satu, yakni melempar jumrah aqabah.
Ia mengatakan, dengan penambahan enam orang, maka total jamaah Indonesia yang wafat di Tanah Suci sudah mencapai 123 orang.
Cuaca di Mina kini mencapai 38-39 derajat Celcius. Pada cuaca yang sangat terik ini, banyak jamaah tak kuat apalagi mereka harus berjalan cukup jauh dari tenda jemaah menuju Jamarat.
"Umumnya mereka kelelahan yang memicu serangan jantung ataupun sakit pernapasan," ungkap Subagyo.
Dia mengaku banyaknya jamaah yang sakit selama di Mina membuat petugas kewalahan.
Untuk mengatasinya, petugas telah mengarahkan jamaah ke Mina Emergency Hospital yang berada sekitar 500 meter dari jamarat. Namun rumah sakit milik Pemerintah Arab Saudi ini pun tak mampu menampung ribuan jamaah dari berbagai negara
(E001/Z002)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010