Mina (ANTARA News) - Jamaah haji dari seluruh penjuru dunia melakukan lempar jumroh di Mina, sejak Selasa dalam suasana padat saat lontar jumroh dilakukan.
Pada waktu utama, pagi hingga siang hari, jamaah harus berdesak-desakan untuk bisa melakukan ibadah yang merupakan simbol melempar iblis tersebut. Meski begitu, prosesi ibadah haji tersebut berlangsung lancar.
Hingga Selasa petang, sebelum Maghrib, lontar jumroh masih terus dilakukan. Waktu lontar jumroh adalah sejak pagi hingga sebelum maghrib. Pagi dan siang merupakan waktu utama untuk melontar maka tidak heran bila pagi, jamaah rela berdesak-desakan untuk melakukan ibadah tersebut.
Lontar jumroh pertama adalah melontar jumroh aqobah, sebanyak 7 kali. Jamaah mengelilingi jamarat, tempat pelontaran jumroh dengan menggenggam batu-batu kecil. Sambil membaca doa, jamaah melontarkan batu tersebut ke arah jamarat atau juga disebut tiang-tiang setan.
Saat siang hari, ketika jamaah belum selesai melontar jumroh, di belakangnya sudah antre jamaah lainnya. Mereka segera mendesak ke depan untuk bergantian melemparkan batu tersebut. Saat sore hari, jumlah jamaah tidak lagi sepadat waktu pagi atau siang hari. Setelah melempar jumroh, jamaah menggunting rambutnya atau tahalul.
Lontar jumroh akan terus dilakukan sampai 13 Zulhijah. Setiap hari tasyrik jamaah melempar ketiga tiang jumroh (ula, wustho dan aqobah), dengan masing-masing lemparan 7 kali setiap tiangnya.
Hikmah melontar jumroh adalah mengikuti jejak Nabi Ibrahim yang melempar paraiblis yang menggodanya agar menolak perintah Allah untuk menyembelih putranya, Ismail.
Sebelum lontar jumroh dilakukan jamaah melakukan wukuf atau berdiam diri di Arafah, Senin (15/11/2010). Dari Arafah, jamaah mabit atau bermalam di Muzdalifah. Saat mabit di Muzdalifa, jamaah mencari kerikil batu yang akan digunakan untuk melempar jumroh. Ketika hampir fajar, Selasa jamaah bergerak meninggalkan Muzdalifah menuju Mina dan mulai melakukan lontar jumroh.
Melontar jumroh tahun 2010 ini lebih nyaman dan aman bila dibandingkan 3 tahun lalu. Jamarat dibuat enam lantai sejak tiga tahun lalu. Selain bertingkat, jamarat juga diperlebar. Tiga tahun lalu, lebar jamarat hanya tiga meter, tapi sekarang lebar jamarat mencapai belasan meter. Tembok jamarat pun dibuat kasar sehingga batu yang dilempar tidak memantul tapi langsung jatuh ke sumur jamarat.
Selain itu juga pelemparan diatur dalam satu arah.
"Pokoknya jamaah tidak perlu khawatir berlebihan akan kena lemparan batu dan desak-desakan. Sekarang lebih tertib dan aman," kata ketua rombongan KBIH Alkautsar Cirebon, Syarif Abu Bakar.
Cara masuk jamarat juga diatur sedemikian rupa agar tidak berebut. Begitu memasuki kawasan Jamarat di Mina, para jamaah setelah melalui terowongan para jamaah akan terbagi dalam beberapa jalur atau gate masuk.
Jalur inilah yang mengarahkan jamaah akan melempar jumroh di lantai berapa. Setiap gate ada yang ke lantai satu, lantai dua dan seterusnya. Bagi jamaah yang mengambil jalur tengah akan langsung diarahkan menuju eskalator atau lift lantai 2 hingga 5. Lift tersebut melaju pelan sehingga tidak membuat khawatir jamaah usia lanjut ataupun jamaah yang berasal dari daerah. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010