Lumajang (ANTARA News) - Mualaf Suku Tengger yang berada di Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, akan melaksanakan shalat Idul Adha pada Rabu (17/11).
Pejabat sementara (Pjs) Kepala Desa Argosari, Martiam, Senin, mengatakan bahwa mualaf Tengger menjalankan ibadah shalat Id sesuai dengan ketetapan pemerintah.
"Mualaf Tengger akan berbondong-bondong menuju ke masjid dan musala yang ada di desa setempat untuk menunaikan shalat Id," paparnya.
Menurut dia, perbedaan pelaksanaan shalat Id antara Muhammadiyah dan pemerintah tidak menjadi masalah bagi mualaf Tengger karena warga Tengger sangat menghargai toleransi dan perbedaan yang ada.
"Biasa saja, kami tidak terlalu menganggap perbedaan itu hal penting karena agama adalah persoalan keyakinan masing-masing dan sepenuhnya hak masing-masing pribadi untuk menunaikan shalat Id," ucap Martiam.
Ia menjelaskan, di Desa Argosari, terdapat lima dusun yakni Dusun Pusung Dhuwur, Dusun Gedok, Dusun Puncak, Dusun Bakalan dan Dusun Argosari.
"Mualaf Tengger terbanyak berada di Dusun Gedok, sedangkan empat dusun lainnya masih banyak warga Tengger yang beragama Hindu dan jumlah mualaf Tengger di empat dusun itu masih sedikit," tuturnya menjelaskan.
Kendati demikian, lanjut dia, warga Tengger yang beragama Islam hidup rukun berdampingan dengan warga Tengger yang beragama Hindu, bahkan toleransi beragama dijunjung tinggi oleh Suku Tengger.
"Toleransi umat beragama di sini masih tinggi, sehingga suku Tengger saling menghormati, meski keyakinannya berbeda. Mereka yang beragama Hindu menghormati pelaksanaan shalat Id yang dilakukan mualaf Tengger," terang mualaf Tengger yang masuk Islam pada tahun 2004 itu.
Hingga kini, lanjut dia, jumlah mualaf Tengger di Desa Argosari bertambah dua orang menjadi 298 orang.
"Biasanya sejumlah lembaga Islam dari berbagai daerah membagikan hewan kurban kepada seluruh mualaf Tengger yang berada di Desa Argosari," katanya.
Setelah Shalat Id, kata dia, biasanya mualaf Tengger akan pulang ke rumah masing-masing dan tidak menunggu pembagian daging kurban seperti di sejumlah daerah yang antre untuk menerima sebungkus daging kurban.
"Memang sejak dulu, mualaf Tengger enggan mengantre hanya untuk menunggu pembagian hewan kurban, mereka malu menerima bantuan itu," katanya.
(ANT-070/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010