Pekanbaru (ANTARA News) - Sebanyak 20 orang jamaah calon haji ONH Plus mengancam segera melapor ke polisi jika uang yang mereka setor tidak segera dikembalikan travel jika gagal berangkat ke Mekkah.
"Sekarang kami sedang menunggu uang kami untuk dikembalikan, jika dinyatakan gagal berangkat ke Tanah Suci atau kami lapor polisi," ujar Handoyo, jamaah calon haji ONH Plus, di Pekanbaru, Kamis.
Handoyo salah seorang jamaah calon haji ONH Plus asal Kabupaten Rokan Hulu, Riau, bersama 19 orang jamaah lain yang terlantar sepekan di Pekanbaru menunggu kepastian berangkat ke Mekkah menunaikan ibadah haji tahun ini.
Kini beliau bersama ke empat orang temannya yang merupakan petani kelapa sawit masih bertahan salah satu hotel di ibu kota Riau itu menunggu kepastian dari perushaan biri perjalanan.
Menurutnya, masing-masing jemaah telah menyetorkan uang berkisar antara Rp68 juta hingga 70 juta kepada perusahaan travel PT Darul Takwa sekaligus mengurus keberangkatan mereka Jumat, (5/11), melalui Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.
Namun hingga melewati batas waktu yang dijanjikan itu, pihak travel tidak juga memberangkatkan para jemaah ONH Plus berasal dari Pekanbaru, Kabupaten Siak, Rokan Hulu, dan Kabupaten Indragiri Hilir, hingga Provinsi Bengkulu.
Dari hari ke hari PT Darul Takwa yang bekerjasama dengan perusahaan layanan haji dan umroh Sekapur Sirih yang berkedudukan di Jakarta selalu beralasan bahwa visa mereka belum ke luar, dan masih dalam pengurusan.
"Kami sedang mencari solusi, jika tidak jadi berangkat kami minta uang dikembalikan tanpa ada potongan sedikitpun. Sebab kami telah menanggung malu di kampung karena gagal ke Mekkah," jelasnya.
Manajemen travel PT Darul Takwa tidak bisa dihubungi, namun kini perusahaan itu dikabarkan berupaya mendapatkan visa dari Kedutaan Besar Arab Saudi, di Jakarta bagi calon jamaah haji ONH Plus itu.
Namun juru bicara perusahaan travel itu, Roma, membantah jika pihaknya telah menelantarkan dan sampai menipu para calon jemaah haji yang sebagian besar merupakan petani.
"Kami tak ada niat untuk menipu," katanya. (*)
(ANT/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010