Jakarta (ANTARA) - Institut Teknologi Bandung (ITB) menganugerahi gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) kepada tiga tokoh yang dinilai memiliki kontribusi dan jasa besar terhadap pembangunan bangsa.
Ketiga tokoh tersebut yaitu Mantan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro, Pematung I Nyoman Nuarta, dan Musisi Raden Muhamad Samsudin Dajat Hardjakusumah atau Sam Bimbo.
"Saya dengan penuh rasa hormat dan bangga menyampaikan selamat kepada Bapak Raden Muhamad Samsudin Dajat Hardjakusumah, Bapak Nyoman Nuarta, dan Bapak Bambang Brodjonegoro atas penganugerahan gelar Doktor Kehormatan dari ITB," ujar Rektor ITB Reini Wirahadikusumah dalam Sidang Terbuka penganugerahan tersebut yang disiarkan daring, Sabtu.
Baca juga: Menko Perekonomian Airlangga Hartarto peroleh Doktor HC dari Unnes
Baca juga: IPB University anugerahkan doktor kehormatan dua tokoh atas dedikasi
Reini mengatakan Sam Bimbo memperoleh gelar Doktor Kehormatan untuk bidang seni dan religiusitas, sementara Nyoman Nuarta dianugerahi gelar Doktor Kehormatan di bidang Kesenirupaan. Adapun Bambang Brodjonegoro menerima gelar Doktor Kehormatan bidang pengembangan wilayah dan kota.
Dia menilai bahwa kontribusi ketiga tokoh tersebut bukan hanya bernilai tinggi di masa lalu, tetapi juga tetap relevan dan memiliki peranan penting dalam menyongsong masa depan.
"Semoga semua ini akan membawa keberkahan bagi bapak dan keluarga, bagi bangsa, dan negara Indonesia," kata Reini.
Sam Bimbo dalam orasi ilmiahnya menyampaikan tentang cinta Tanah Air 5.0, yang merupakan perwujudan cinta dirinya baik sebagai pribadi maupun dalam kancah profesi.
Cinta Tanah Air 5.0 dia bagi ke dalam lima hal, yaitu cinta keluarga, cinta kepada seni lukis, cinta seni musik pop religi, cinta dalam kemanusiaan, dan cinta kepada Ilahi.
"Niatkan selalu meraih ridhoNya, dengan cinta kita berkumpul dan berdoa, dengan cinta kita berkarya dan mentaati perintahnya, dengan cinta kita berempati kepada sesama," ujar Sam.
Sementara orasi ilmiah Nyoman Nuarta menyinggung tentang pentingnya teknologi sebagai perantara bagi seniman untuk menjangkau publik yang lebih besar.
Selain itu, dia juga mengingatkan tentang pentingnya perhitungan bisnis dalam kerja berkesenian agar keberadaannya memiliki dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar.
"Seorang seniman di masa kini dan barangkali di masa yang akan datang tidak hanya bergulat dengan gagasan-gagasan estetik besar,ntetapi dia juga mesti mengerti tentang skema bisnis agar karyanya jadi magnet bagi pertumbuhan ekonomi baru," ucap pemrakarsa Patung Garuda Wisnu Kencana itu.
Sementara itu, dalam orasi ilmiahnya, Bambang Brodjonegoro menekankan bahwa penguatan ekonomi dan kesejahteraan membutuhkan kerjasama dan kolaborasi dari semua pihak, tidak cukup hanya pemerintah.
Riset dan inovasi, kata dia, juga harus terus didorong guna mewujudkan ekonomi yang semakin kuat. Bambang mengatakan riset dan inovasi adalah langkah awal dari sebuah perencanaan dan pembangunan yang berkelanjutan.
Dalam kesempatan itu, Bambang juga turut menyampaikan gagasan mengenai konsep "livable metropolitan city".
Dia menyebut konsep tersebut merupakan suatu gabungan bagaimana kesejahteraan dapat ditingkatkan melalui satu sistem perencanaan pembangunan kota yang tertata berbasis ekonomi dan didasari oleh inovasi terpadu.
"Dibutuhkan tim perancang multidisiplin untuk mewujudkan konsep dan pembangunan livable metropolitan ini. menurut hemat saya ITB harus menjadi salah satu pelaku utama," ucap Bambang.
Acara Sidang Terbuka ITB juga memberikan penghargaan Ganesa Wira Adiutama kepada 17 dosen ITB atas kontribusi dan jasa mereka bagi institusi selama menjabat sebagai dekan atau wakil dekan dalam kurun waktu 2015 hingga 2020.
Baca juga: ITB apresiasi dukungan Huawei di bidang alih pengetahuan dan teknologi
Baca juga: Pakar: Jumlah investor milenial meningkat saat pandemi COVID-19
Baca juga: Alumni ITB aransemen ulang lagu Bimbo
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021