Pangkalpinang (ANTARA News)- Petugas jamaah haji Depag Provinsi Bangka Belitung (Babel) kewalahan saat mengatur penjemput yang saling berebutan menjemput ketika jamaah baru turun dari bis.
"Kami kewalahan mengatur penjemput saat menjemput jamaah yang baru turun dari bis, " kata M.Riduan, Kasi Penyelenggara Haji Depag Babel di Pangkalpinang, Kamis.
Ia mengatakan, penjemput sulit diatur karena mau menjemput jamaah agar bisa secepatnya pulang dan tiba di rumah.
"Padahal jika jamaah yang dijemput di Bandara dan dibawa ke Kanwil Depag, itu semua sudah diatur oleh panitia penyelenggara haji sehingga penjemput hanya menunggu di Kantor Depag Babel saja," ujarnya.
Ia menjelaskan, setiap setiap penjemput saling berebutan mau bertemu dengan jamaah, sehingga jamaah yang baru turun dari bis juga kewalahan.
"Padahal jamaah sendiri kan kondisinya masih kelelahan setelah menempuh perjalanan jauh, jadi butuh istirahat di tenda yang telah disediakan oleh panitia," kata Riduan.
Menurut dia, ada beberapa jamaah yang langsung dijemput pihak keluarganya begitu turun dari pesawat di Bandara Depati Amir.
"Ada beberapa jamaah yang langsung dijemput di Bandara Depati Amir, sehingga tidak lagi datang ke Kantor Depag dan itu tidak masalah karena tidak ada lagi acara apapun," katanya.
Hanya saja katanya, barang bawaan jamaah harus diambil di Kanwil Depag Babel karena harus dicocokkan dengan paspor jamaah yang bersangkutan.
Menurut dia, ada beberapa keluarga jamaah yang mau mengambil barang tapi tas atau barang bawaan tersebut tidak tercantum nama jamaah yang bersangkut.
"Barang-barng tersebut tidak kami berikan kepada keluarga jamaah yang mau mengambilnya, karena ditakutkan barang yang mau diambil bukan milik jamaah sehingga harus menunggu paspor serta dapat langsung diambil oleh jamaah sendiri," ujarnya.
Ia juga menjelaskan, ada beberapa jamaah yang membawa oleh-oleh tidak hanya dari Arab Saudi tapi juga dari Palembang.
"Kami melihat ada jamaah yang membawa buah duku sekarung dan satu unit magic com dari Palembang, sehingga barang bawaannya menjadi banyak dan merepotkan," kata Riduan.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009