Jeddah (ANTARA News) - Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH)
meminta Saudi Arabian Airlines (SA) mengkoordinasikan pengelolaan keterlambatan
pesawat angkutan haji termasuk pemberitahuan kepada calon penumpang.
"Masalah delay keberangkatan pesawat adalah isu utama yang kami angkat," kata Kepala Daker Jeddah PPIH, Subchan Cholid seusai pertemuan dengan manajemen
SA di Jeddah, Kamis.
Subchan mengemukakan, keterlambatan jadwal pesawat merupakan hal biasa dalam dunia penerbangan, apalgi saat musim haji dimana terjadi peningkatan luar biasa frekuensi penerbangan dan juga arus penumpang yang mengakibatkan kongesti di pintu-pintu masuk (gate) Bandara.
Frekuensi penerbangan di Bandara King Abdul Aziz (KAA) Jeddah saja meningkat dari sekitar 60 penerbangan sehari menjadi 114 penerbangan di musim haji, sehingga
keterlambatan tidak bisa dihindari karena kesulitan pesawat untuk antri mendapatkan
areal parkir.
Otoritas bandara KAA juga sudah berusaha menekan tingkat delay dengan mengurangi jumlah frekuensi penerbangan dari 250 penerbangan pada musim haji sebelumnya menjadi 114 kali penerbangan.
Sekitar tiga juta umat Islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul di Tanah Suci untuk menunaikan Rukun Islam kelima dalam musim haji kali ini melalui pintu masuk
Bandara King Abdul Aziz Jeddah dan Amir Muhammad Abdul Aziz Madinah.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, rata-rata tingkat keterlambatan jadwal penerbangan masih lebih baik, dari rata-rata empat sampai lima jam menjadi sekitar
antara dua atau tiga jam, walaupun ada satu-dua penerbangan yang mengalami
keterlambatan lebih 20 jam akibat gangguan teknis pesawat.
Subchan dalam pertemuan itu mengharapkan agar SA mengkoordinasikan setiap
keterlambatan dengan pihak PPIH dan juga memberitahukan seawal mungkin kepada calon penumpang agar mereka tidak resah.
Hal itu penting dilakukan untuk mencegah terjadinya insiden pemukulan oleh jemaah
kloter 10 Surabaya yang resah akibat keberangkatannya tertunda hampir 20 jam Sabtu lalu.
Jemaah yang mengamuk malah memukuli seorang petugas PPIH, padahal seharusnya mereka protes kepada Saudi Airlines yang akan mengangkut mereka.
"Saya minta pihak Saudia untuk menginformasikan segera pada penumpang, misalnya jika terjadi keterlambatan lebih enam jam, mau diinapkan dimana, juga kapan makanan atau snack akan dibagikan, kenapa pesawat terlambat dan kapan bisa diterbangkan lagi" tutur Subchan.
Menurut catatan, para jemaah yang sudah membayangkan akan dijemput sanak
keluarganya di bandara debarkasi di tanah air menjadi kesal dan frustrasi harus
menunggu berjam-jam di bandara tanpa kejelasan.
Subchan mengemukakan, dalam pertemuan itu pihak Saudia berjanji akan memperbaiki layanannya, termasuk mengkoodinasikannya dengan PPIH dan menempatkan petugasnya untuk mendampingi calon penumpang di bandara dan menginfomasikan perkembangan mengenai pemberangkatan mereka.
"Untuk membawa bus ke hotel transit akibat delay saja bukan pekerjaan yang mudah,
sehingga informasi yang tepat dari pihak Saudia akan sangat membantu penanganan terhadap mereka, " ujarnya.
Menurut Subchan, jika pihaknya memperoleh informasi yang valid, jemaah akan dibawa kemana, PPIH akan lebih mudah untuk membantu mengarahkan mereka.
"Walaupun sesuai kontrak, jika terjadi penundaan keberangkatan pesawat, maskapai
penerbangan yang bertangungjawab, tentu kita tidak akan lepas tangan menyaksikan
jemaah Indonesia keleleran, " ujarnya.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009