Padang Arafah (ANTARA News) - Jemaah calon haji mulai berdatangan ke Padang Arafah, sekitar 20 km dari Kota Mekah, bersiap untuk melakukan ibadah Wukuf yang merupakan ritual puncak ibadah haji.
ANTARA melaporkan dari Padang Arafah, Kamis dini hari, jemaah dari berbagai penjuru mulai tiba di Padang Arafah dengan menumpang bus-bus besar, khususnya dari Kota Suci Mekah, tempat mereka melakukan Umrah (haji kecil).
Tenda-tenda jemaah masih lembab, begitu pula dengan kasur-kasur busa akibat guyuran air hujan yang turun merata di sekitar Kota Jeddah, Mekah serta kawasan Padang Arafah, selama beberapa jam pada Rabu (25/11) siang.
Udara di Padang Arafah pada malam hari cukup sejuk, sekitar 27 derajat Celcius, sehingga alat pendingin yang melengkapi tenda-tenda jemaah tidak dihidupkan, sehingga nyamuk-nyamuk ikut memasuki tenda-tenda.
Sejumlah jemaah berkeyakinan, selama mengenakan pakaian Ihrom, membunuh hewan termasuk nyamuk dianggap pelanggaran ibadah haji sehingga diharuskan membayar dam atau denda, namun ada juga yang berkeyakinan, yang dilarang adalah membunuh hewan buruan.
Sementara itu, hujan lebat pada Rabu (25/11) telah menggenangi Kota Jeddah sehingga membuat lalu-lintas macet, bahkan ruas jalan raya antara Jeddah dan Mekah pada sisi jalur jalan yang menuju Jeddah menjadi lintasan air bah yang menghanyutkan puluhan kendaraan, kemungkinan malah lebih seratus dan harta-benda warga yang tidak sempat diselamatkan.
Dilaporkan musibah itu merenggut belasan korban jiwa, akibat terjebak dalam kendaraan-kendaraan mereka. Kawasan Arab Saudi biasanya gersang sepanjang tahun dan jarang turun hujan, apalagi hujan lebat seperti yang terjadi Rabu (25/11) siang.
Sebagian dari ribuan kendaraan yang membawa calon jemaah haji menuju Padang Arafah berbalik arah kembali ke Jeddah atau terjebak kemacetan lalu-lintas akibat air bah tersebut, namun sebagian lagi dapat meneruskan perjalanan mereka dengan menggunakan jalur memutar, walaupun memerlukan sampai enam jam untuk jarak Jeddah-Arafah sepanjang 75 km itu.
Penjagaan untuk memasuki Padang Arafah tidak seketat seperti yang diingatkan oleh pemerintah setempat sebelumnya. Petugas di pintu-pintu gerbang masuk Arafah bahkan sama sekali tidak memeriksa Orang-orang atau jemaah yang memasuki pintu-pintu penjagaan dengan berkendaraan.
Sebelumnya juga telah disosialisasikan, kendaraan berkapasitas kurang dari 25 orang dilarang memasuki Arafah selama berlangsungnya prosesi puncak ibadah haji, namun kenyataannya semua jenis kendaraan bisa masuk.
Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) juga merawat jemaah yang sakit di tenda perawatan yang didirikan. Tampak sekitar sepuluhan jemaah yang dirawat, sebagian besar berusia lanjut.
Menurut dr Hasto Nungroho dari Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), kondisi pasien yang dirawat tidak gawat, mereka hanya mengalami kelelahan sehingga penyakit yang memang sudah diidapnya kambuh.
Sekitar 150 jemaah Indonesia yang sakit akan di-"safariwukuf"-kan, yakni diangkut dengan ambulans atau kendaraan khusus sampai batas kawasan ibadah Wukuf di Arafah.
Ritual wukuf adalah rukun haji yang harus dikerjakan, tidak bisa digantikan atau dengan membayar denda. Jika tidak dilaksanakan, maka ibadah hajinya tidak sah.
Wukuf yang bermakna perenungan merupakan replika Hari Penantian (Padang Masyar) saat umat dalam formasi antre menanti dihisab (ditimbang-timbang pahala dan dosanya) oleh Allah. Wukuf tanggal 9 Zulhijah, pada pada musim haji 1430 Hijriah dilaksanakan pada Kamis, 26 November 2009.
Bagi jemaah Indonesia, Khutbah saat Wukuf di Padang Arafah akan disampaikan oleh Imam Besar Mesjid Istiqlal, Prof Dr Ali Mustofa Yakub, sementara Shalat Zuhur dan Ashar dilakukan dengan jamak dan qashar (digabung dan sekaligus diringkas masing-masing menjadi dua rakaat).
Pada Kamis malam, usai melaksanakan Wukuf, rencananya jemaah akan bergeser ke Muzdalifah, sekitar tujuh km dari Arafah, untuk melakukan Mabit (menginap untuk persiapan Jumrah), dan pada keesokan harinya, Jumat (27/11), mulai tergelincirnya matahari di sore hari sampai tengah malam, melontar Jumrah Aqabah, dilanjutkan dengan melontar ketiga Jumrah (Ula, Wustha dan Aqabah) pada ketiga hari berturut-turut.
Bagi jemaah yang mengikuti prosesi Nafar Awal akan melontar 49 batu (tujuh batu untuk melontar Jumrah Aqabah pada l0 Zulhijah, dilanjutkan dengan melontar ketiga Jumrah pada dua hari berikutnya (7x3x2), sementara yang mengikuti Nafar Sani, melontar 70 batu (tujuh batu untuk Jumrah Aqabah, dan tiga hari berikutnya melontar ketiga Jumrah masing-masing tujuh batu (7x3x3). (*)
Editor: Ricka Oktaviandini
Copyright © ANTARA 2009