"Perubahan jadwal saat pemberangkatan calon haji yang terkena dampaknya kemungkinan terjadi pada pertengahan masa pemulangan haji sekitar delapan kloter," kata Manager Operasional Haji Garuda Indonesia, Agus Wibowo, saat meninjau bus Garuda Indonesia pengangkut jemaah haji di Asrama Haji Donohudan Boyolali, Senin.
Menurut Agus, kejadian perubahan jadwal penerbangan pesawat Garuda Indonesia yang mengangkut calhaj saat keberangkatan sangat mungkin terjadi karena lalu lintas udara di Bandara King Abdul Aziz, Jedah, Arab Saudi, mulai padat.
Sementara itu, keberangkatan calon haji melalui Embarkasi Surakarta, hingga Senin (16/11) mengalami perubahan jadwal penerbangan yang menimpa 14 kloter yakni 53, 56, 57, 58, 61, 62, 63, 70, 71, 72, 84, 85, 86, dan 88.
Bahkan, untuk Kloter 71 rombongan calon haji asal Pemalang yang diberangkatkan, Senin (16/11) pukul 08:21 WIB mengalami lima kali perubahan.
Pada suratnya kepada Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) setempat, pihak penerbangan Garuda Indonesia selalu beralasan adanya perubahan waktu yang diizinkan untuk masuk atau mendarat pesawat di suatu bandara dan negara (slot approval) dari Pemerintah Arab Saudi.
Agus menambahkan, selain perubahan jadwal penerbangan, akan terjadi pula keterlambatan kedatangan pesawat di Bandara Adi Sumarmo Surakarta, khususnya pada kloter-kloter awal yang kemungkinan hingga 10 hari.
Kejadian tersebut, kata dia, sudah dapat diprediksi, mengingat keterbatasan "gate" khusus untuk jemaah haji asal Indonesia di Bandara King Abdul Aziz Jedah.
"Ditambah lagi pada masa awal kepulangan jemaah haji, situasi di bandara Jedah sangat padat dengan arus pemulangan haji menuju berbagai negara," katanya
Mengenai keberadaan terminal baru di Bandara Adi Sumarmo Surakarta yang belum dinikmati jemaah haji embarkasi setempat, Agus menjelaskan, untuk saat ini belum memungkinkan karena baru memiliki satu gate yang digunakan penerbangan reguler.
Terkait jemaah haji Embarkasi Surakarta agar dapat menggunakan terminal baru yang dilengkapi dengan "garbarata" atau lorong penghubung buatan dari terminal ke pintu pesawat tersebut, dia menyarankan, Depag setempat segera mengajukan kepada Angkasa Pura di Bandara Adi Sumarmo.
"Bukan Garuda yang mengajukan permohonannya," katanya. (*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009