Madinah (ANTARA News) - Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Universitas Islam Madinah (PPMI-UIM) mendesak agar pemerintah membuat aturan baku yang melarang jemaah haji Indonesia merokok di Tanah Suci.

PPMI-UIM juga minta meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram merokok.

Media Center Haji (MCH) Madinah mengungkapkan, seruan PPMI Madinah itu disampaikan pada acara perpisahan dengan Dubes RI untuk Kerajaan Arab Saudi dan Kerajaan Oman Dr H Salim Segaf Al-Jufri di Madinah baru-baru ini.

Acara tersebut antara lain dihadiri Konjen RI Jeddah Gatot Abdullah Mansyur, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Riyadh Dr H Luthfi Zuhdi, Pelaksana Fungsi Penerangan, Sosial, Budaya (Pensosbud) KBRI Riyadh Dharma Kirti dan Kepala Daerah Kerja (Daker) Madinah Drs H Cepi Supriatna.

Ketua PPMI Madinah Muhammad Dayu mengungkapkan, setiap musim haji berdasarkan pantauan para mahasiswa, jemaah calon haji Indonesia yang paling banyak melakukan pelanggaran aturan larangan merokok.

"Pemerintah jangan diam saja, dan kami meminta MUI agar segera mengeluarkan fatwa untuk mengharamkan merokok," pintanya.

PPMI juga meminta mantan Dubes yang saat ini menjadi Mensos, Salim Segaf berkoordinasi dengan Departemen Kesehatan dan Departemen Luar Negeri serta Departemen Agama RI untuk mengatasi masalah yang sudah berlangsung sejak lama ini.

Menanggapi seruan PPMI tersebut Mensos Salim Segaf berjanji akan membawa aspirasi para mahasiswa ke Jakarta untuk segera ditindaklanjuti. "Ini masukan yang baik bagi kemaslahatan bangsa," ujarnya.

Hal senada dikemukakan Saimima, mahasiswa semester III Universitas Islam Madinah yang menurut pengamatannya, jemaah Indonesia paling sulit ditertibkan, terutama dalam kebiasaan menghisap rokok.

"Mereka sering kucing-kucingan dengan aparat," kata da`i muda asal Sorong, Papua tersebut.

Menurut dia, berdasarkan fakta lapangan dan informasi pedagang gelap rokok di Madinah, jemaah Indonesia adalah konsumen terbesar mereka.

Sementara Ahmad Tholaby, mahasiswa Fakultas Dakwah UIM asal Banyuwangi, Jawa Timur juga mendesak pemerintah Indonesia untuk mengoptimalkan sosialisasi bahaya merokok.

Merokok, sambungnya, sangat merugikan, baik di dunia maupun akhirat, karena di dunia, pecandunya terancam berbagai penyakit kronis, sementara di akhirat, terancam neraka karena ulama mengharamkannya.

Merokok berdasarkan peraturan pemerintah Arab Saudi diharamkan, sehingga penjualan rokok hampir tidak tampak di super market atau kedai-kedai makan di kedua kota suci, Madinah dan Mekah.

Menurut catatan ANTARA News, khusus rokok kretek untuk memenuhi kebutuhan calon haji Indonesia, dapat dengan mudah dicari dari penjual secara sembunyi-sembunyi atau di warung-warung makan yang dikelola pemukim asal Indonesia.

Randi, salah seorang mahasiswa alumni Gontor juga meminta petugas haji Indonesia melakukan "sweeping" (razia) untuk melarang jemaah haji Indonesia merokok.

"Kami adalah informan bagi petugas Arab Saudi untuk menunjukkan lokasi para penjual dan perokok. Jadi, berhati-hati saja, bila ketahuan kami laporkan," ujarnya dengan nada mengancam.

Di Tanah Suci, khususnya para muthawi alias polisi agama sangat tegas dan tanpa kompromi berupaya menindak para perokok tersebut.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009