Setelah persiapan calhaj sekitar 1 jam 30 menit untuk menerima living cost, paspor, dan boarding pass, maka satu per satu jamaah memasuki bus masing-masing.
Di bus, semua jamaah mulai membuka tas paspor untuk menghitung uang living cost sesuai saran petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya.
Tiba-tiba Lasia Yasin Murtali Binti H.Yasin (62) dengan ditemani suaminya turun dengan tergesa-gesa sambil menunjukkan tas paspornya.
Warga desa Krajan Kidul RT.03/RW.01, Curahlele, Balung, Jember itu pun berkata dengan bahasa Madura, "Pesse engkok, pesse engkok (uang saya, uang saya)."
Ternyata, Lasia merasa kehilangan uang living cost. Petugas pun sempat dibuat kalang kabut, karena petugas sudah memasukkan dalam amplop khusus.
Karena Lasia tidak faham Bahasa Indonesia, maka dengan dibantu temannya, dia menceritakan kepada petugas Angkasa Pura.
Dia bercerita bahwa tas paspor yang berisi amplop uang sempat diperiksa petugas, kemudian uangnya hilang setelah diperiksa itu.
Petugas Angkasa Pura memberi jawaban bahwa tas paspor Lasia tidak dibuka, karena tidak ada barang larangan.
"Insiden itu sempat membuat keberangkatan calhaj kloter 69 tertunda 15 menit," kata anggota Humas PPIH Embarkasi Surabaya H. Sugianto.
Akhirnya, salah satu petugas pembagi uang, Agung, dipanggil untuk mengecek laporan Lasia. Agung pun membuka tas tentengan Lasia dengan tenang.
Ternyata, amplop Lasia ditemukan dalam tas tentengan. Dengan tersenyum, Lasia minta maaf kepada petugas dan dia bergegas menuju bus yang sudah menunggunya.(*)
Editor: Imansyah
Copyright © ANTARA 2009