Jakarta (ANTARA) - Koordinator Penggerak Milenial Indonesia (PMI) M Adhiya Muzakki mengajak seluruh anak muda Indonesia agar melek literasi digital di era disrupsi informasi.
Adhiya dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, mengatakan tingkat literasi digital masyarakat Indonesia masih kurang dan sangat minim. Hal tersebut mengacu kepada data survei indeks literasi digital nasional yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika pada 2020.
Kata Adhiya dalam survei itu menyebutkan bahwa literasi digital masyarakat Indonesia masih berada pada level sedang.
“Kami menilai, hal yang paling urgen untuk didorong peningkatannya adalah kemampuan berpikir kritis tentang media dan data,” kata Adhiya.
Baca juga: Menkominfo tegaskan literasi digital bisa akselerasi digitalisasi UMKM
Minimnya tingkat digital literasi juga disampaikan oleh anggota Komisi I DPR RI, Bobby Adhityo Rizaldi. Bobby menyebutkan bahwa indeks literasi digital belum mencapai skor baik (4,00), baru sedikit di atas sedang (3,00).
Oleh karena itu, menurut Bobby pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersiap meluncurkan program literasi digital nasional Siberkreasi dengan mengusung tema ‘Indonesia Makin Cakap Digital 2021’.
“Tahun 2021 ini direncanakan akan diadakan 20 ribu program pelatihan berdasar modul dan kurikulum yang menyasar empat pilar literasi digital yaitu etika, keterampilan, digital budaya serta keamanan,” katanya.
Chairman and Founder Media Wave, Yose Rizal setuju soal media sosial agar masuk ke dalam kurikulum pembelajaran. Alasannya adalah supaya media sosial dan realita sejalan.
“Bagaimana mereka bisa tumbuh dengan baik jika diberikan hoaks, mencaci maki presidennya. Bagaimana anak-anak kita bisa tumbuh dengan baik,” katanya.
Baca juga: Kemendikbudristek gandeng Twitter perkuat literasi media sosial
Sementara itu, Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute, Gun Gun Heryanto memberikan tips langkah-langkah untuk melek literasi digital. Pertama, kata Gun Gun adalah membuat daftar dan menganalisis isu-isu kontemporer.
Kedua, membuat peer group untuk berbagi dan melakukan aksi literasi bersama. Ketiga, mempublikasikan narasi sehat dan kontra narasi dari hoaks, dan keempat melakukan advokasi.
“Penggerak Milenial Indonesia ini sebagai peer group, mempublikasikan narasi dan mengkontrol narasi, yang terlahir melakukan advokasi. Peran kita itu menjadi peran elaboratif, sebab bangsa ini terlalu besar untuk di kerjakan satu kelompok, membutuhkan banyak kelompok,” ujarnya.
Baca juga: Ruang digital Akademi Literasi wadah kolaborasi pegiat literasi
Baca juga: Kominfo targetkan 200 ribu masyarakat NTT terliterasi digital
Baca juga: Kemendikbudristek: Literasi digital guru meningkat saat pandemi
Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021