Surabaya (ANTARA News) - Sebanyak 444 calon haji (calhaj) asal Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sempat terlantar di Bandara Internasional Juanda, Surabaya, akibat keberangkatannya tertunda sehari lebih.
"Rencananya, para Calhaj NTT itu berangkat pada hari Sabtu (7/11) pukul 11:00 WIB, tapi akhirnya menjadi Minggu (8/11) pukul 11:20 WIB," kata Koordinator Calhaj NTT, Idrus Alwi, di Surabaya, Minggu.
Menurut dia, mereka sempat terlantar karena makan siang hanya diganti dengan roti dan minuman air mineral, namun akhirnya mereka diinapkan di Hotel Utami, Mess Lanudal, dan JW Marriott guna menunggu keberangkatan.
"Sejak pukul 11:00 WIB hingga pukul 20:00 WIB, ratusan calhaj kami hanya diberi roti dan air mineral, kemudian kami sempat membeli makanan dari luar bandara, tapi ratusan makanan itu dilarang masuk ruang tunggu internasional di bandara," katanya.
Para Calhaj NTT yang berada dalam kelompok terbang (kloter) 49 itu, katanya, akhirnya makan nasi saat berada di hotel pada Sabtu (7/11) malam pukul 20.00-21.00 WIB.
"Kami juga makan pagi di hotel, kemudian siap-siap berangkat ke bandara pada Minggu (8/11) pukul 05:00 WIB untuk proses keberangkatan pada Minggu (8/11) pukul 11:20 WIB," katanya.
Secara terpisah, staf operasional maskapai penerbangan Saudi Arabian Airlines (SAA) Irfan menyatakan keterlambatan pemberangkatan sehari itu akibat adanya gangguan pada alat komunikasi pesawat.
"Untuk memperbaiki, kami masih perlu mendatangkan `spare part` dari Jeddah, sehingga terjadi keterlambatan, karena itu kami mohon maaf, tetapi hal itu juga untuk keselamatan para jamaah sendiri," katanya.
Ditanya langkah yang ditempuh SAA untuk melayani Calhaj NTT itu, ia mengatakan pihaknya sudah menyiapkan roti dan minuman selama di bandara serta makanan saat berada di hotel.
"Jamaah makan malam dan pagi dilayani pengelola hotel yang ditempati," katanya, didampingi anggota Humas PPIH Embarkasi Surabaya H Sugianto.
Kloter 49 yang terbang bersama pesawat Saudi Arabia Airlines itu berjumlah 450 orang yang terdiri dari 444 calhaj, dua petugas medis, dua orang tim pendamping haji daerah (TPHD), dan dua pendamping kloter. (*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009