ustadz, sy mau tanya,, sy sudh 1 th ini mengikuti liqo, tapi ada yang mengganjal d hati sy, yaitu msalah muttaba'ah. jd saya merasa tidak nyaman dengan penulisan muttaba'ah, saya merasa kok ibadah ditulis2, kesannya menghitung2 pahala. saya sudh pernah menanyakan hal ini pada murabbi sy, beliau bilang ini hanya sebagai catatan biar kita tahu progres ibadah kita. tapi mnurut saya kalau untuk mengetahui progres tidak perlu ditulis2 seperti itu, pasti kita tahu dan merasakan apakah ibadah kita ini meningkat atau menurun.
yg mw sy tanyakan, sebenarnya bolehkah kita mencatat ibdah2 kita untuk melihat progresnya?
jazakallah khoiron katsiiro atas jawabannya ustadz
Wassalamu'alaikum wr. wb
Fauziah,, Lampung
?
Assalamu alaikum wr.wb.
Jika pencatatan tersebut ditujukan untuk membiasakan diri melakukan muhasabah dan evaluasi, maka tidak ada yang salah bahkan sangat baik. Pasalnya kita memang disuruh untuk mengingat, mengevaluasi, dan melakukan instrospeksi atas amal-amal yang telah kita lakukan sebagai persiapan untuk akhirat. Allah befirman:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS al-Haysr: 18)
Umar ibn al-Khattab ra juga berkata, "Hisablah dirimu sebelum dihisab. Timbanglah amalmu sebelum ditimbang atasmu." Jadi proses melakukan muhasabah, perhitungan, dan evaluasi sangat dianjurkan; bahkan diperintahkan.
Hanya saja bentuknya ada yang cukup dengan perenungan kalbu, dan adapula yang secara teknis dituliskan. Proses menuliskan pahala dan dosa sendiri bukan merupakan hal baru. Ada salafuna ash-shalih yang melakukan hal serupa. Di antaranya Sofyan ats-Tsauri pernah mencatat dosanya dalam sehari menurut pengakuannya mencapai 21 ribu.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Wassalamu alaikum wr.wb.
Pewarta: fauziahputri29@gmail.com (Fauz
Copyright © ANTARA 2010