Amlapura (ANTARA News) - Hingga kini tradisi "Syawalan" yakni makan ketupat di sepanjang pantai Ujung, Desa Tumbu, Kecamatan/Kabupaten Karangasem, Bali tetap dilaksanakan oleh umat muslim dari sejumlah kampung Islam di daerah setempat.
"Biasanya pelaksanaan tradisi itu dilakukan, sebelumnya dilakukan puasa Syawal selama tujuh hari," kata Rusnah, salah seorang umat muslim yang melakukan pelaksanaan tradisi itu, Senin.
Ia mengaku warga muslim sudah mulai melaksanakan tradisi itu sejak Jumat (17/9) lalu sampai saat ini. "Sebelum acara makan ketupat berlangsung, biasanya mereka mandi dilaut, " katanya.
Tujuannya mandi itu sendiri, kata Rusnah untuk membersihkan diri. "Biasanya sebelum menikmati ke tupat yang dibawa, kami mandi dulu untuk membersihkan diri dilaut,"katanya.
Usai makan ketupat di pantai, jelas Rusna, umat Muslim akan berziarah ke makan Datuk Mas Pakel atau yang dikenal dengan sebutan Sunan Mumbul. "Makan Mas Pakel oleh warga sangat dikeramatkan dan diyakini mampu memberikan keberuntungan, "ujarnya.
Ia mengatakan keberadaan makam yang berada dekat pantai Ujung itu sudah dikeramatkan sejak pemerintahan Raja Karangasem yang pertama. "Sunan Mumbul atau Datuk Mas Pakel ini merupakan anak salah satu Parekan (abdi) Raja Karangasem," jelasnya.
Menurut cerita dimasyarakat, kata Rusnah, Mas Pakel difitnah akan membawa bencana bagi kerajaan. oleh bebeberapa abdi lainnya. " Kemudian Mas Pakel disarankan agar dibunuh, Raja yang langsung percaya dengan laporan tersebut akhirnya mengutus patihnya agar membunuh Mas Pakel, "ucapnya.
Saat akan dibunuh, oleh Patih Raja, ujar Rusnah Mas Pakel dibawa ke pantai Ujung. "Namun begitu pedang yang digunakan untuk membunuh terayun, tiba-tiba Mas Pakel menghilang dari pandangan dan berlari keatas air, " katanya.
Ia mengatakan karena malu tidak berhasil menjalankan perintah raja, patih itupun membunuh seekor anjing dan diambil hatinya kemudian diserahkan kepada raja. "Rajapun percaya Mas Pakel sudah tewas, " ucapnya.
Selang beberapa hari setelah kejadian tersebut, kata Rusnah, tiba-tiba tempat dimana Mas Pakel akan dibunuh, warga melihat ada seberkas sinar yang muncul. "Tanah yang semula rata juga berubah menjadi gundukan yang menyerupai kuburan, " ucapnya.
Semenjak saat itu, Mas Pakel dijuluki Sunan Mumbul. "Sampai sekarang utamanya 15 hari setelah hari Lebaran, makam Mas Pakel ramai dikunjungi warga yang memohon kesembuhan maupun serta kepentingan lainnya," katanya.
(ANT/A038)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010