Jakarta (ANTARA) - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengemukakan, kebutuhan tenaga kesehatan di Jakarta sangat tinggi dan belum bisa diatasi mengingat situasi lonjakan COVID-19 terjadi dalam skala nasional.

"Dokter yang ada di seluruh Indonesia pasti sudah dikerahkan oleh Kementerian Kesehatan, sudah dibagi ke seluruh provinsi, dibagi habis," kata Riza di Balai Kota Jakarta, Selasa malam.

Riza menyebutkan bahwa kebutuhan tenaga kesehatan (nakes) tidak bisa dipenuhi dengan cepat, terlebih untuk dokter. Namun demikian, Pemprov DKI akan menambah tenaga kesehatan pada bidang lainnya terlebih dahulu dengan menggunakan tenaga sukarela.

"Semua kebutuhan tenaga kesehatan tidak bisa diciptakan dengan cepat kalau dokter. Tapi kan sukarelawan juga bisa, tenaga-tenaga sukarelawan yang nanti dilatih, dilatih itu nanti disiapkan," kata Riza.

Meski demikian, DKI dan Indonesia tidak ada rencana untuk mendatangkan tenaga kesehatan dari luar negeri. Menurut politisi Partai Gerindra tersebut, di negara lain pun tenaga kesehatan dibutuhkan dalam menghadapi pandemi.

"Tidak. Luar negeri juga membutuhkan, kita bisa dan harus bisa mengatasi sendiri," kata Riza.

Baca juga: Jakarta masih butuh 2.156 nakes dan 5.139 vaksinator
Baca juga: Pembatasan mobilitas di Jakarta efektif cegah kerumunan

Dalam menyikapi kurangnya tenaga kesehatan, Riza meminta masyarakat agar mendukung berbagai usaha untuk menekan dan mengakhiri pandemi COVID-19, termasuk kerja para tenaga kesehatan.

"Kita harus dukung. Beri bantuan perhatian ke seluruh tenaga kesehatan dan seluruh aparat jajaran yang bekerja selama ini melawan COVID-19. Cara yang paling mudah adalah disiplin dan taat dalam pelaksanaan protokol kesehatan," tutur Riza.

Saat ini Jakarta membutuhkan sekitar 2.156 tenaga kesehatan dan 5.139 vaksinator untuk penanggulangan COVID-19 di Ibu Kota.

"Jumlah tenaga kesehatan kebutuhan nakes ini sedang ditambah, tenaga profesional ini membutuhkan tambahan 2.156, tenaga vaksinator perlu ditambah lagi 5.139 ya," kata Riza.

DKI sempat meminta bantuan tenaga kesehatan dari Provinsi Banten, namun ditolak karena provinsi tersebut juga tengah membutuhkan tenaga kesehatan yang saat ini disebut kurang di sana.

"Bahkan Jakarta minta kita supaya membantu untuk penanganan rumah singgah atau rumah sakit yang ada di Sunter sama Tanjung Priok, kita juga enggak bisa. Kita kesulitannya pada tenaga kesehatan," kata Gubernur Banten Wahidin Halim.

Sejumlah rumah sakit penanganan COVID-19 di Banten mulai kewalahan untuk menampung pasien yang terus bertambah. Kapasitas rumah sakit kini rata-rata mencapai 86-90 persen.
Baca juga: Belum ada keputusan untuk laksanakan PPKM Darurat di Jakarta

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021