Islamabad (ANTARA News) - Pagi itu, Sabtu 11 September 2010 menjadi awal hari yang sibuk di Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia di Islamabad.
Sajadah-sajadah panjang berwarna merah kehitaman berbahan lembut dibentangkan di sebuah lapangan besar di dalam area Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).
Gema takbir berkumandang tiada henti memecah kesunyian di dalam kompleks diplomatik di Ibu kota Pakistan tersebut.
Sinar matahari pagi di pertengahan bulan September yang cukup bersahabat memantul dari wajah-wajah ceria yang siap menyambut hari raya.
Keceriaan juga tampak dari burung-burung gagak, yang beterbangan dan hinggap di dahan pohon-pohon besar.
Pagi ini, Warga Negara Indonesia yang berada di Pakistan berkumpul di KBRI untuk merayakan Idul Fitri 1431 Hijriyah.
Perayaan Idul Fitri di Pakistan berbeda satu hari dibanding Indonesia, jika di Tanah Air Lebaran jatuh pada Jumat (10/9) maka di Pakistan pemerintah setempat memutuskan jatuh pada hari Sabtu.
Meskipun sejumlah WNI sudah berhenti berpuasa pada Jumat (10/9) dan sebagian lagi tetap melaksanakan ibadah puasa namun pelaksanaan Shalat Id tetap dilakukan sesuai dengan keputusan pemerintah setempat, yakni Sabtu.
Perayaan hari Lebaran di KBRI dimulai dengan shalat Id bersama yang dihadiri sekitar 200 WNI dan dilanjutkan dengan "silaturahim terbuka" (open house) di rumah Duta Besar RI untuk Pakistan Ishak Latuconsina.
Para tamu yang datang terdiri atas berbagai unsur mulai dari pelajar dan mahasiswa, WNI yang menikah dengan Warga Negara Pakistan hingga mereka yang bekerja di perusahaan di Pakistan dan seluruh staf KBRI Islamabad.
Selain itu, hadir juga dalam rangkaian kegiatan tersebut Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana dari Pemerintah Indonesia dibawah koordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang membawa misi kemanusiaan untuk korban banjir Pakistan.
Tim reaksi cepat tersebut memberikan pelayanan kesehatan mulai 1 September hingga 30 September 2010.
Ada dua gelombang tim kemanusiaan yang akan memberikan pelayanan kesehatan bagi para korban banjir Pakistan.
Tim yang membawa bermacam obat-obatan dan peralatan medis tersebut berada di Pakistan untuk membantu para korban banjir yang membutuhkan pelayanan kesehatan hingga 15 September.
Setelah itu pada 15 September hingga 30 September tim reaksi cepat penanggulangan bencana gelombang kedua akan datang ke Pakistan untuk melanjutkan pelayanan kesehatan.
Total keseluruhan tim adalah 45 orang, pada tahap pertama 23 orang dan tahap kedua 22 orang.
Duta besar Ishak Latuconsina usai melakukan Shalat Id bersama memberikan apresiasinya kepada seluruh WNI yang telah datang untuk ikut memeriahkan hari kemenangan.
Namun demikian Ishak Latuconsina juga mengingatkan perayaan Idul Fitri di Pakistan pada tahun ini ada di tengah keprihatinan pascabencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Pakistan dan telah menelan banyak korban jiwa serta korban bencana gunung meletus Gunung Sinabung di Sumatera Utara.
Duta Besar RI juga menyampaikan rasa bangganya kepada perwakilan Pemerintah Pusat yang telah memberikan bantuan bagi para korban banjir di Pakistan.
Selain perwakilan dari pemerintah Pusat ada juga beberapa WNI yang bekerja di Lembaga Swadaya Masyarakat yang juga tengah membawa misi kemanusiaan di Pakistan yang ikut memeriahkan perayaan Lebaran di KBRI.
Namun demikian, kemeriahan Idul Fitri 1431 Hijriyah di KBRI sedikit bertolak belakang dengan suasana keseluruhan di Kota Islamabad ibu kota Pakistan.
Suasana di Islamabad cukup sepi dan kurang terasa adanya tanda-tanda kemeriahan hari raya.
Hampir seluruh toko di pusat perbelanjaan di ibu kota Pakistan tutup, jalan-jalan protokol lengang, lokasi tempat hiburan sepi pengunjung dan tidak terlihat tanda-tanda perayaan di rumah-rumah penduduk.
Berbeda dengan yang sering dijumpai di Indonesia pada saat Idul Fitri di Pakistan tidak terlihat kebiasaan untuk saling bersilaturahim ke rumah kerabat atau tetangga ataupun budaya mudik.
Selain itu, kumandang gema takbir juga hanya terdengar sesekali mengiringi datangnya hari kemenangan dan usai shalat Id maka masyarakat akan kembali ke rumah masing-masing.
Kondisi tersebut merupakan tradisi masyarakat setempat, bukan hanya karena negara itu sedang dilanda musibah banjir.
Yusuf (29) salah satu mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh pendidikan selama lima tahun di Pakistan mengatakan Idul Fitri di Pakistan tidak semeriah di Indonesia.
Menurut dia, suasana meriah malahan terasa saat Idul Adha dimana masyarakat akan keluar rumah ramai-ramai untuk menyaksikan pemotongan hewan kurban.
"Saat Hari Raya Idul Adha kemeriahan sangat terasa di banding Idul Fitri, suasana terasa lebih ramai," katanya.
Selain itu, suasana yang cukup sepi saat Idul Fitri semakin terasa karena pemerintah setempat menetapkan libur nasional selama empat hari pada Lebaran 2010 ini yakni H-1 hingga H+2.
Dalam libur nasional selama empat hari tersebut pemerintah Pakistan melalui KBRI meminta Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana utusan Pemerintah Indonesia untuk tidak melakukan kegiatan medis, karena Pakistan tidak menjamin keamanan.
Direktur Tanggap Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana Slamet Sugiyono yang menjadi ketua rombongan mengatakan tim tidak bisa memberikan pelayanan kesehatan bagi para korban banjir Pakistan karena permintaan pemerintah setempat dikaitkan dengan tidak adanya jaminan keamanan selama libur empat hari.
"Maka untuk alasan keamanan, tim tidak bertugas selama hari libur nasional," katanya.
(W004/Z002)
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010