Jenis kista ini dapat mengancam jiwa dan harus sesegera mungkin dilakukan prosedur tindakan medis yang sesuai,

Tangerang (ANTARA) - Dokter kebidanan dan kandungan Eka Hospital BSD dan Cibubur, Muhammad Yusuf mengungkapkan meski kista ovarium tidak selalu berbahaya namun pada beberapa kasus butuh pemeriksaan lebih khusus dan spesifik karena bisa jadi tergolong kista abnormal.

“Jenis kista ini dapat mengancam jiwa dan harus sesegera mungkin dilakukan prosedur tindakan medis yang sesuai,Jenis kista ini dapat mengancam jiwa dan harus sesegera mungkin dilakukan prosedur tindakan medis yang sesuai, biasanya tergantung stadium. Semakin dini stadiumnya, angka kesembuhan semakin baik," kata Dr Muhammad Yusuf dalam keterangan resminya Selasa.

Ia mengatakan kista ovarium merupakan kumpulan cairan yang terdapat dalam kantung di organ indung telur dan paling umum terjadi pada organ reproduksi wanita.

Kista ovarium dapat muncul akibat perubahan hormonal dalam siklus haid yang disebut kista fungsional dan umumnya dapat hilang secara sendirinya menyesuaikan dengan siklus menstruasi.

Ia menuturkan ada dua jenis kista abnormal yakni jinak dan ganas atau biasa disebut kanker. Kista abnormal jinak bisa tidak menimbulkan keluhan tapi dapat menimbulkan keluhan nyeri haid berat atau sulit memiliki keturunan. Maka biasanya diperlukan tindakan operasi selain pemberian obat-obatan hormonal untuk perkembangan kista.

"Untuk kista abnormal ganas atau kanker adalah pertumbuhan jaringan yang tidak terkendali yang berpotensi invasi, merusak dan menyebar ke organ lain," kata Dr Muhammad Yusuf yang mendapatkan gelar sebagai dokter umum di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Berdasarkan penyebabnya, kista ovarium bisa dibagi menjadi dua jenis yakni kista ovarium fungsional yang terbentuk saat ovarium melepaskan sel telur untuk dibuahi. Jenis ini paling umum dialami wanita dan tidak berbahaya.


​​​​Baca juga: Cegah kanker ovarium sejak dini hingga fitur verifikasi Twitter dijeda

Sedangkan kista non-fungsional adalah kista yang tidak berkaitan dengan fungsi normal siklus haid wanita seperti kista dermoid yang disebabkan perkembangan abnormal dari sel-sel embrionik sehingga ditemukan jaringan rambut, kulit dan gigi di dalam kista.

Lalu ada kista denoma yang berkembang di permukaan ovarium dan mungkin berisi cairan atau lendir. Kista cokelat adalah kondisi ketika sel-sel yang melapisi dinding dalam rahim tumbuh di luar rahim, biasanya di ovarium.

Pada saat menstruasi sel ini membentuk kista berisi darah dengan jaringan endometrioma yang berwarna merah kecoklatan. Terakhir adalah sindrom ovarium polikistik, dimana terdapat banyak kista kecil yang disebabkan dari berbagai macam masalah hormonal yang plaing sering menyebabkan kemandulan bagi wanita.

Dokter Yusuf menegaskan bahwa kista ovarium bisa menimbulkan komplikasi seperti torsi ovarium, dimana kista membesar menyebabkan ovarium bergerak memutar dan menimbulkan rasa nyeri pengidapnya.

“Tidak hanya itu, kista lambat laun bisa pecah dan itu akan menimbulkan rasa nyeri yang sangat hebat serta perdarahan internal,” ujar Dokter Yusuf yang mendapatkan fellowship di bidang Onkologi di Korea.

Pengobatan terhadap pengidap kista ovarium dilakukan oleh dokter dengan melakukan sesi wawancara dan pemeriksaan fisik seperti USG pelvik untuk menentukan lokasi, ukuran dan isi kista. Lalu dilakukan juga laparoskopi hingga tes darah apabila dokter mencurigai adanya kanker ovarium.

Ada tiga pilihan pengobatan kista ovarium ini dan dapat dilakukan semuanya yang disesuaikan dengan usia pengidap, tipe dan ukuran dari
kista serta gejala yang ditimbulkan.

“Pastinya saya akan melakukan observasi, saya juga melihat apa diperlukan obat-obatan seperti kontrasepsi hormonal. Terakhir adalah melalui tindakan operasi, itu juga terbagi dua. Operasi tanpa pengangkatan ovarium atau bila memang bersifat ganas, bisa diangkat ovariumnya saja, atau ovarium, rahim beserta tuba falopi. Semua itu kembali lagi tergantung tingkat keparahannya," ujarnya.

Baca juga: Penyintas kanker ovarium boleh dapat vaksin COVID-19?
Baca juga: Kenali faktor risiko dan tanda-tanda kanker ovarium

Ada beberapa cara agar perempuan terhindar dari kanker organ reproduksi yakni menerapkan pola hidup sehat seperti hindari pemakaian narkoba dengan jarum suntik, serta pola kehidupan seksual berisiko yang meningkatkan penyakit dan kanker organ reproduksi.

Lalu rutin melakukan pap smear dan HPV DNA test setiap tiga tahun sekali, memeriksakan diri ke dokter yang berkompeten meski tidak ada keluhan minimal satu tahun sekali, memerhatikan pola siklus haid apa ada perubahan pola siklus haid, perdarahan di luar siklus haid bahkan keluarnya cairan abnormal yang menjadi tanda kanker dari rahim.

Perhatikan bentuk atau kontur badan terutama daerah sekitar perut, benjolan abnormal pada perut yang membesar harus diwaspadai sebagai salah satu gejala kanker ovarium.

"Jika Anda terdeteksi memiliki tumor atau kanker, cari informasi sebanyak mungkin agar pengobatan dapat dilakukan pada sumber yang kompeten dan dapat dipercaya," katanya.

Ia juga menjelaskan pengobatan alternatif yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya hanya akan membuang waktu, biaya dan dapat membuat kondisi lebih parah sehubungan dengan kemampuan sel kanker yang progresif invasi atau menyebar ke organ lain.

Meski kista ovarium tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang dengan sendirinya. Masyarakat diminta berhati-hati jika kista ovarium memiliki ukuran besar karena dapat menyebabkan nyeri perut bawah atau panggul (pelvik) yang dapat menyebar ke punggung bawah belakang, rasa penuh atau berat, konstipasi, rasa kembung mulas, nyeri saat berhubungan intim, mual bahkan muntah.

"Apabila Anda mengalami gejala seperti itu segera kunjungi dokter agar mendapatkan pertolongan dengan segera," ujarnya.

Baca juga: Dukung pasien kanker dengan beri semangat positif dan edukasi diri
Baca juga: Gejala kanker ovarium yang harus diwaspadai

Pewarta: Achmad Irfan
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2021