Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Fadel Muhammad menilai model birokrasi yang dianut seluruh negara di dunia akan berubah mengikuti perkembangan zaman sehingga bersifat dinamis mengikuti dinamika masyarakat.
"Dahulu 'public administration' dianggap sebagai model birokrasi yang paling bagus namun dalam perjalanannya, sistem itu terus berkembang sehingga kalangan yang sepaham dengan sistem itu menyebutnya dengan istilah Birokrasi Tulen," kata Fadel dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Hal itu dikatakannya pada acara Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat yang membahas buku karya Fadel Muhammad berjudul "Reinventing Local Government-Pengalaman Dari Daerah" yang berlangsung di Gedung Rektorat Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Senin (28/6).
Fadel menjelaskan, model Birokrasi Tulen lahir di Jerman, lalu tumbuh dan berkembang pesat di Amerika pada era presiden AS ke-28 Thomas Woodrow Wilson.
Baca juga: IPB University gelar Sosialisasi Empat Pilar MPR RI
Menurut dia, pada tahun 1993-2001, Wakil Presiden AS Albert Arnold Gore Jr memunculkan ide tentang "Reinventing Government" yang berisi pemikiran agar pemerintah tidak hanya memegang prinsip-prinsip birokrasi tulen yang kaku namun harus berkembang termasuk menyentuh persoalan "entrepreuneurship".
"Kemudian gagasan 'entrepreneur government', itu makin berkembang pesat di Universitas Harvard. Sistem ini menekankan pada prinsip bahwa pemerintah bukan hanya milik satu orang tapi kepunyaan banyak orang," ujarnya.
Fadel mengungkapkan bahwa "Reinventing Government" juga terlihat dilakukan pemerintahan Presiden Joko Widodo seperti penunjukan Menteri Pendidikan Nasional dari kalangan pengusaha pada periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Langkah Presiden Jokowi itu menurut dia, merupakan bukti adanya keinginan pemerintah untuk mengembangkan pendidikan seperti yang ada pada dunia usaha, yakni memberikan banyak penghasilan, sekaligus melahirkan wirausahawan baru.
Dia menilai ke depan pemerintahan yang berorientasi kewirausahaan, bukan hanya menghabiskan APBD, tetapi juga memanfaatkan anggaran sebagai modal sehingga memiliki multiefek yang panjang lebar.
"Kisah itu menjadi salah satu bagian dalam buku perjalanan saya memimpin Gorontalo sebagai gubernur pertama selama dua periode. Dalam buku berjudul Reinventing Local Government - Pengalaman Dari Daerah, itu saya rangkum seluruh pengalaman empirik, sehingga bisa dijadikan sebagai rujukan para kepala daerah," ujarnya.
Kepala Biro Humas dan Sistem Informasi MPR RI Siti Fauziah berharap kerja sama MPR dengan UNG akan berjalan lebih baik ke depannya seperti kerja sama MPR dengan perguruan tinggi lain di seluruh Indonesia.
Baca juga: MPR ajak warga terlibat perbaiki lingkungan dan ekosistem
Siti Fauziah juga berharap civitas akademika UNG bisa memanfaatkan perpustakaan MPR bisa datang langsung ke perpustakaan MPR, atau mengunjunginya melalui "website" MPR.
"Ada 14 ribu judul buku, sebagian di antaranya tidak dijual di pasaran, dan hanya ada di MPR. Buku-buku itu karya para pakar, baik dalam bentuk ide, aspirasi maupun koreksi terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara," kata Siti Fauziah.
Ikut hadir pada acara tersebut kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Layanan Informasi Siti Fauziah, Inspektur Sekretariat Jenderal MPR RI Maifrizal, dan Rektor UNG Eduart Wolok.
Selain Fadel yang tampil sebagai penulis, juga ada dua pembicara yang ikut membahas buku "Reinventing Local Government", yaitu Dirjen Dikti Nizam dan Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo.
Baca juga: Wakil Ketua MPR: Narasi hoaks harus terus dilawan
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2021